Rabu, 27 Januari 2016

Mosaik 2 - Kembali Indah


Lorong jalanan sudah mulai gelap, tersisa lorong-lorong sinar kuning yang menerobos kegelapan menjadi tabung-tabung cahaya seperti manipulasi dalam efek para fotografer. Jalan serasa panjang tak berujung, persis seperti perasaan Bapak ini. Dari semenjak pagi hingga sore hanya menuntun dan terus menuntun.

Dua pohon yang melengkung membentuk sebuah gapura menyuntikkan rasa semangat, walau sedikit. Dan senyum itu lebih melebar manakala melihat senyuman balik seorang anak. Kiranya kilatan menyambar pohon, senyum itu lebih berkilau, senyum itu lebih menenangkan hatinya. Mungkin itulah yang menjadi asa dalam hidupnya.

“Bapak pulaaaang....”

Dengan jargon kemenangan bak pasca perang. Sepertinya teriakan inilah yang senantiasa membuat hidup hatinya. Hati kosong yang telah kehilangan separuh isinya.
Rambutnya lurus hitam, meski sedikit kusam kotor karena debu-debu yang menempel. Matanya lebar, persis seperti keadaan bulan saat pertengahan tanggal Hijriah di setiap bulannya, kedua telinganya lebar ke samping, sebuah harapan bagi Bapaknya bahwa ia nantinya akan menjadi pendengar yang baik, yang selalu mau mendengarkan jeritan rakyat, dan senantiasa mau menolong mereka. Umurnya belum genap enam tahun. Sekolahpun masih menjadi cita-cita yang sulit untuk bisa direalisasikan.

Namun, optimisme itu hadir ketika bocah ini tersenyum dengan lugunya. Satu-satunya harapan Pak Yo. Ia bagai batu bara bagi tungku api. Senantiasa menjadi penyemangat hidupnya untuk senantiasa bertahan dan tentunya menuju impiannya pada waktu muda yang telah dihancurkan oleh para politikus penghianat negara.
Kini ia hanya memiliki bocah itu dan harapan. Tawakkal menjadi ujung pengharapan yang senantiasa ia lakukan. Seharian aktivitasnya mencari uang dengan berkeliling menuju kampung ke kampung, desa ke desa, kota ke kota, seletih apapun, ia lakukan demi batu bara ini agar senantiasa menyala dalam hidupnya.
Dan Pak Yo kembali tersenyum.


Rabu, 20 Januari 2016

Antara Amanah Dakwah dan Orang Tua

Antara Amanah Dakwah dan Orang tua

Pertanyaan yang sebenarnya sering ditanyakan dan cukup fenomenal

Sebenarnya ketika dihadapkan dua pilihan ini, maka jawaban yang muncul juga akan banyak dan berbeda. Mengapa? Karena ada prioritas atau skala kebutuhan.

1.       Akan menjadi utama amanah dakwah, jika orang tua tidak mempermasalahkan “amanah dakwah” kita dan orang tua sudah terawat dengan baik (ada yg memperhatikan), namun ini bukan berarti lantas kita meninggalkan orang tua secara total, tetapi walau sibuk ditengah aktivitas dakwah, sempatkanlah untuk menyapa orang tua, sepertinya sms sekarang masih banyak gratisannya.

2.       Akan menjadi utama orang tua, manakala orang tua memang lebih membutuhkan kita, semisal sakit, semisal sudah tua dan tidak ada yang merawat, dsb, karena dahulu pernah ada sahabat rasul yang ingin ikut berjihad di medan perang, namun Rasul melarang ikut karena ia masih punya tanggungan orang tua yang sudah renta, dan memang tidak ada yang merawatnya, akhirnya sahabat inipun pulang. Namun, ini “hanya” dalam konteks berperang, dan kita tahu bahwa dakwah tidak hanya sekedar “berperang” saja, namun cakupannya sangat luas, sehingga ketika pun kita memang harus mengutamakan orang tua dulu, tidak semestinya kita serta merta meninggalkan dakwah. Seandainya kita punya tugas dakwah di kota A, sementara orang tua kita di kota B, bukankah kita bisa meminta agar tugas dakwah kita dipindah di kota B?

3.       Akan menjadi utama dakwah jika orang tua menolak atau melarang kita melakukan “aktivitas dakwah” karena orang tua tidak suka dengan hal itu. Perlu diperhatikan disini hubungan dengan orang tua harus tetap terjaga dengan memahamkan orang tua sedikit demi sedikit.

4.       Akan menjadi utama dakwah, ketika amanah dakwah dan orang tua sama-sama membutuhkan namun ternyata orang tua masih bisa dipahamkan sedikit demi sedikit sehingga akan mengerti seiring berjalannya waktu. Nah, inilah tugas dai, setelah diri sendiri selanjutnya akan menularkan kebaikan kepada keluarganya.

Sekali lagi semua tergantung prioritasnya.

Senin, 18 Januari 2016

Masih Ingat Nama-Nama ini?


Masih ingat nama2 ini?
1.Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
2.’Umar bin khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
3.’Utsman bin ‘Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
4.Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M)
5.Al-Hasan bin Ali ra (tahun 40 H/661 M)
next
01.Mu’awiyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
02.Yazid bin Mu’awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
03.Mu’awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H/683-684 M)
04.Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
05.’Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H/685-705 M)
06.Walid bin ‘Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
07.Sulaiman bin ‘Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
08.’Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
09.Yazid bin ‘Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724 M)
10.Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
11.Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
12.Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
13.Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
14.Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)
next
01.Abul ‘Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
02.Abu Ja’far al-Mansyur (tahun 137-159 H/754-775 M)
03.Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
04.Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
05.Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
06.Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
07.Al-Ma’mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
08.Al-Mu’tashim Billah (tahun 218-228 H/833-842 M)
09.Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
10.Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
11.Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
12.Al-Musta’in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
13.Al-Mu’taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
14.Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
15.Al-Mu’tamad ‘Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
16.Al-Mu’tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
17.Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
18.Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)
19.Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
20.Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
21.Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
22.Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
23.Al-Muthi’ Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
24.Al-Thai’i Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
25.Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
26.Al-Qa’im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)
27. Al Mu’tadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
28. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
29. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
30. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
31. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160M)
32. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
33. Al Mustadhi’u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
34. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
35. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
36. al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
37. Al Mu’tashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M)
next
01. Al Mustanshir billah II (taun 660-661 H/1261-1262 M)
02. Al Haakim Biamrillah I ( tahun 661-701 H/1262-1302 M)
03. Al Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)
04. Al Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1354 M)
05. Al Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)
06. al Mu’tadlid Billah I (tahun 753-763 H/1354-1364 M)
07. Al Mutawakkil ‘Alallah I (tahun 763-785 H/1363-1386 M)
08. Al Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)
09. Al Mu’tashim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)
10. Al Mutawakkil ‘Alallah II (tahun 791-808 H/1392-14-9 M)
11. Al Musta’in Billah (tahun 808-815 H/ 1409-1426 M)
12. Al Mu’tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416-1446 M)
13. Al Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)
14. Al Qa’im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)
15. Al Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)
16. Al Mutawakkil ‘Alallah (tahun 884-893 H/1485-1494 M)
17. al Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)
18. Al Mutawakkil ‘Alallah OV (tahun 914-918 H/1515-1517 M)
next
01. Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)
02. Sulaiman al-Qanuni (tahun 916-974 H/1520-1566 M)
03. salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)
04. Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)
05. Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)
06. Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)
07. Musthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)
08. ‘Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)
09. Musthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)
10. Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)
11. Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)
12. Mohammad IV (1058-1099 H/1648-1687 M)
13. Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691M)
14. Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)
15. Musthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)
16. Ahmad II (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)
17. Mahmud I (tahun 1143-1168/1730-1754 M)
18. “Utsman IlI (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)
19. Musthafa II (tahun 1171-1187H/1757-1774 M)
20. ‘Abdul Hamid (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)
21. Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)
22. Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)
23. Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)
24. ‘Abdul Majid I (tahun 1255-1277 H/1839-1861 M)
25. “Abdul ‘Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)
26. Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)
27. ‘Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)
28. Muhammad Risyad V (tahun 1328-1339 H/1909-1918 M)
29. Muhammad Wahiddin II (tahun 1338-1340 H/1918-1922 M)
30. ‘Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M)
Mari ingat sejarah kembali,
mari kita ingat detik-detik runtuhnya negara ottoman yg merupakan negara terbesar pada peradaban waktu lalu
Ketika partai persatuan dan kemajuan (young tourk/pemuda turki) yang sejatinya dibentuk oleh gerakan freemason atau sekarang kita kenal dengan zionisme israel, dimana paham nasionalisme barat yang sekuler mulai ditelan mentah oleh mereka, yang kemudian menuntut sultan agar memaksa memakai sistem ini.
padahal ketika kita mau jujur, atau mau bersikap objektif terhadap sejarah, maka akan kita dapati sesuatu yang ganjil.
Bangsa Eropa (inggris, perancis, dsb) dimana semangat revolusioner sedang membara, dengan kita kenal revolusi industri dan revolusi perancis yang sangat banyak menelan korban, dimana mereka menolak sistem kerajaan agama nasrani. karena memang dahulu gereja yang menjadi pusatnya memaksakan kehendak dimana setiap orang harus mengikuti aturan mereka, bahkan ilmuwan yang objektif sekalipun jika bertentangan dengan gereja akan dipenjara atau dibunuh, masih ingat kan kisah galileo, dkk?
Begitulah keadaannya, sehingga orang-orang cerdas Barat mereka melihat bahwa sistem kerajaan yang berpusat di gereja ini harus ditumbangkan dan diganti dengan nasionalisme sekuler.
Namun berbeda dengan negara ottoman (usmani), meski memakai sistem kesultanan, namun penghargaan akan aktifitas ilmiah sangat diperhatikan, sehingga ilmuwan yang muncul pun sangat banyak. bahkan menyekolahkan pemuda-pemudanya pun ke negara lain untuk melakukan study banding, bahkan menghargai setiap orang yang berperan sekecil apapun terhadap negara islam ini.
Namun ketika kelompok yang mengatasnamakan Young Tourk atau partai persatuan dan kemajuan ini mulai membuat makar dan memprovokasi bahwa kesultanan hanyalah kediktatoran dalam bentuk nama yang lain, sepertinya mereka kebablasan melihat apiknya nasionalisme sekuler barat, sepertinya mereka terlalu picik melihat sejarah terjadinya revolusi itu.
Mereka menuntut sultan untuk membentuk undang undang konvensional, sistem al bab al ali (parlemen), bahkan menuntut agar peran sultan hampir tiada, mereka menempatkan setiap perwakilan non muslim dari setiap perwakilan wilayah, meski diwilayah itu mayoritas muslim, mereka menempatkan setiap orang antek-antek freemason di setiap kursi parlemen, di setiap panglima militer, di setiap amri wilayah, dsb.
Hingga kita tahu dalam sejarah di akhir kepemerintahan ottoman ini sungguh melemah dalam politik bahkan sampai militer, dimana kita tahu ottoman kalah dalam perang dunia 1? dan kalian tahu yang menyebabkan kekalahan itu apa? ya benar, karena memang hampir semua pimpinan militer ottoman sudha menjadi antek-antek freemason. dengan kekalahan ini jelaslah terwujud impian freemason/zionisme ini, terpecahnya ottoman, sehingga ia bisa menguasai palestina yang sebelumnya permintaan palestina ini ditolak oleh sultan. kemudian inggris, perancis, portugis, dsb mulai menjajah pecah2nya negara ottoman ini.
sungguh tragis...
Kisah sejarah yang dimulai oleh pemuda islam hebat hancur pula oleh pemuda yang jumud..
Apakah kita termasuk pemuda islam yang akan membangkitkan dan menjadi bagian dari kebangkitan islam ini? sehingga sabda Rasul menjadi kenyataannya ke depan?

Rabu, 13 Januari 2016

Resensi Buku KAMMI dan Pergulatan Reformasi



Judul               : KAMMI dan Pergulatan Reformasi (Kiprah Politik Aktivis Dakwah Kampus       dalam Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis Nasional           Multidimensional)
Penulis            : Mahfudz Sidiq
Penerbit          : Era Intermedia
Tahun             : 2003
Tebal              : 316 Halaman


Resensi Buku KAMMI dan Pergulatan Reformasi

Mahfudz Sidiq adalah seorang politisi. Lahir 25 September 1966. Akrab dengan politik semenjak S1 FISIP UI Jurusan Ilmu Politik, kemudian S2 FISIP UNAS Jurusan Ilmu Politik. Beliau pernah menjadi Ketua Kaderisasi PKS (1999-2005), Ketua Badan Perencanaan Dakwah DPP (2005-2009), juga wakasekjend PKS. Sementara di DPR menjadi Ketua FPKS (2004-2009), Anggota Komisi 2 DPR RI (2004-2009), Ketua Komisi 1 DPR RI (2010-2014), dan masih banyak yang lainnya. Dari sini kita melihat bahwa Beliau telah lama aktif di Tarbiyah dan sebagai aktivis dakwah kampus.

Buku yang Beliau tulis ini merupakan tesis di program Paska Sarjana Ilmu Politik UNAS. Terdiri dari 9 Bab, antara lain: Bab 1 (membaca sejarah baru gerakan mahasiswa Islam dan perjuangan reformasi di era demokratisasi Indonesia), Bab 2 (demokratisasi dan gerakan mahasiswa Islam dalam perspektif teoritis), Bab 3 (sejarah dakwah kampus dan kelahiran KAMMI), Bab 4 (peran politik awal KAMMI: ikut melengserkan rezim otoriter Soeharto), Bab 5 (mengawal transisi demokrasi di era Habibie menuju Pemilu 1999), Bab 6 (konsolidasi dan dinamika gerakan: dari kesatuan aksi menjadi ormas mahasiswa ekstra kampus), Bab 7 (menuntut presiden Gus Dur mundur, koreksi KAMMI terhadap problem transisi demokrasi), Bab 8 (tiga tahun perjuangan: reformasi dan KAMMI di persimpangan jalan), bab 9 (kesimpulan dan penutup).

Bab 1 (membaca sejarah baru gerakan mahasiswa Islam dan perjuangan reformasi di era demokratisasi Indonesia) berisi tentang mahasiswa sebagai faktor paling dominan dalam upaya transisi kepemimpinan demokrasi. Reformasi yang dipelopori mahasiswa bukan sekedar tuntutan perbaikan dan perubahan namun juga perjuangan menuju masyarakat demokratis. Gerakan mahasiswa ini khususnya gerakan mahasiswa Islam (KAMMI) sebagai pendobrak angkatan 98 (sebagai gerakan mahasiswa terbesar) mampu menyerukan suaranya bersama rakyat dengan menggandeng berbagai gerakan mahasiswa lainnya.

Bab 2 (demokratisasi dan gerakan mahasiswa Islam dalam perspektif teoritis), pada bab ini menjelaskan bahwa bangsa-bangsa di dunia akhir 70-an mulai mengalami demokratisasi dari rezim otoriter ke demokrasi. Disebutkan pula teori 3 model jatuhnya rezim dan bahwa prosesnya dimotori mahasiswa dengan menggandeng rakyat. Adapun proses demokratisasi yaitu mulai dari berakhirnya rezim otoriter, dibangunnya rezim demokratis, pengkonsolidasian rezim demokratis itu (Huntington), selain itu juga pendapat Eep, yaitu mulai dari berjalan sebelum keruntuhan rezim otoritarian, liberalisasi politik awal, masa transisi, dan konsolidasi demokrasi. Di sini gerakan mahasiswa selalu menjadi kelompok aksi yang menyerukan demokratisasi. Selain itu munculnya aksi-aksi kelompok islam juga sangat berperan ddalam demokratisasi, karena selama orde baru, ia melihat banyak sesuatu yang terjadi tidak bersesuaian dengan ajaran agama.

Bab 3 (sejarah dakwah kampus dan kelahiran KAMMI), orde baru dengan kebijakan supernya, sehingga ia menyingkirkan lawan-lawan politiknya dari semua yang mengkritisi. Hingga terjadilah peristiwa Malari, dimana mahasiswa dituduh sebagai dalang peristiwa tersebut lalu ditangkaplah para aktifis mahasiswa. Tahun 74 keluarlah kebijakan NKK/ BKK sehingga aksi mahasiswa nyaris sepi, lebih banyak berkutat dengan kuliah biasa, KKN, dsb. Jika ada aksipun itu hanya dalam kampus dalam bentuk mimbar, diskusi, pernyataan sikap, dsb. Lalu angkatan 78 mulai bangkit terkait penolakan pencalonan kembali  Soeharto sebagai presiden. Lalu dewan mahasiswapun dibekukan oleh Pangkopkamtib, hanya boleh senat fakultas dan badan perwakilan mahasiswa.  Kebijakan ini membawa situasi yang sulit dimana aksi anti pemerintahan sangat sedikit. Gerakan ekstra kampus juga mendapatkan intervensi.

Bab 4 (peran politik awal KAMMI: ikut melengserkan rezim otoriter Soeharto), KAMMI muncul tidak lepaas dari adanya krisis ekonomi dan moneter dan juga kekecewaan pada politik orde baru yang mengekang. Angkatan 98 berkaitan dengan kekisruhan politik nasional juga presiden yang dicalonkan kembali dan berulang kali. Krisis moneter ini juga mempengaruhi aspek-aspek yang lain. Gebrakan angkatan 98 didobrak atau diawali oleh KAMMI dengan rapat akbar dengan berbagai elemen gerakan mahasiswa dan rakyat, selain di luar kampus, aksi juga di dalam kampus. Dalam mengusung reformasi dan turunkan Soeharto, KAMMI menggandeng Amien Rais, seorang tokoh ilmu politik yang menyerukan suksesi kepemimpinan terhadap orde baru. Gejolak sepanjang Mei 98 sangat besar hampir setiap hari terjadi demo di setiap daerah dan propinsi. Seperti tanggal 20 Mei ada rencana aksi sejuta massa, namun tidak jadi karena suasana yang mencekam. Monas serasa medan pertempuran, penuh kawat berduri, dsb. Hingga tanggal 21 sebagai puncaknya, beberapa gerakan mahasiswa masih berdemo, kemudian bertambah terus hingga akhirnya dengan terjadi kekacauan dimana-mana. Soeharto mundur, digantikan wakilnya.

Bab 5 (mengawal transisi demokrasi di era Habibie menuju Pemilu 1999), setelah terjadi reformasi, maka selanjutnya adalah tidak langsung membiarkannya, namun dengan mengawasinya agar sesuai tuntutan reformasi dengan 6 visi reformasinya, sampai akhirnya ada tragedi Semanggi. Sikap KAMMI tidak selalu mengikuti rezim atau menolaknya, namun mengawal sehingga reformasi berjalan atau tidak, seperti pemilu 99, SI MPR 98, ini saat pemerintahan Habibi. Hingga di Pemilu terpilihlah Abdurrahman Wahid dan Megawati.
Bab 6 (konsolidasi dan dinamika gerakan: dari kesatuan aksi menjadi ormas mahasiswa ekstra kampus), semenjak kiprah KAMMI sangat aktif dan masif, memiliki berbagai jaringan nasional dan internasional, untuk konsolidasi, kaderisasi, pengawal agenda reformasi, dan agenda perbaikan serta sebagai organisasilegal, maka dari situlah KAMMI menjadi ormas pada muktamar 1. Di bab ini juga menjelaskan karakteristik di setiap kepemimpinan ketua KAMMI juga membahas ideologi, visi dan misi, asas, prinsip, dan karakter gerakan, serta posisi KAMMI diantara organisasi pemuda dan mahasiswa, pemerintah, dan parpol.

Bab 7 (menuntut presiden Gus Dur mundur, koreksi KAMMI terhadap problem transisi demokrasi), adanya SU MPR 1999 dimana Habibi dicalonkan presiden yang diusung Golkar, sehingga terjadi pro kontra, sehingga aksi-aksi pun terus berlanjut oleh gerakan mahasiswa yang tidak pro, KAMMI masuk dibagian ini, bahkan yang kontra lebih banyak. Hingga terjadilah pemilu – meski ada sebagian gerakan mahasiswa yang menentang – terpilihlah Gus Dur dan Mega. Namun seiring berjalannya pemerintahan ini. Ternyata pernyataan, kebijakan yang dilakukan Gus Dur sangat aneh dan kontroversi, sehingga dari MPR sendiri – atas tuntutan mahasiswa juga – mengadakan sidang dan dimakzulkanlah Gus Dur kemudian Mega dijadikan presiden.

Bab 8 (tiga tahun perjuangan: reformasi dan KAMMI di persimpangan jalan), KAMMI tentu disini memperjuangkan demokratisasi dan menjadi kelompok aksi demokrasi. Posisi KAMMI  dalam sejarah  gerakan mahasiswa ialah KAMMI sebagai elemen ekstrakampus yang menonjol dan memimpin. KAMMI sebgai oposisi berciri moderat-kritis tidak ekstrim kiri dan tidak ekstrim kanan. bab ini juga membahas fase-fase perkembangan demokrasi. Dan disini KAMMI juga pernah mengambil sikap bahwa di tiga tahun ini terjadi kemandegan reformasi pada masa transisi, sehingga di pemerintahan Mega pun aksi terus berlanjut.

Bab 9 (kesimpulan dan penutup) berisi tentang kesimpulan-kesimpulan, antara lain: KAMMI dipelopori dari aktivis dakwah kampus, merupakan gerakan yang menunjukkan posisinya pasca NKK/ BKK, KAMMI berlandaskan islam (tarbiyah), respon umumnya terhadap demokratisasi melalui perjuangan dan reformasi, KAMMI merupakan organisasi kader sehingga ada penyeleksian yang ketat dan sebagai organisasi amal, pemikiran dan metode perjuangan KAMMI ialah memproduksi pemimpin-pemimpin dan penyadaran masyarakat dengan dakwah Islam, format pemikiran dan metode perjuangan KAMMI ialah moderat kritis membawanya sebagai pelopor, pendobrak dan pemersatu gerakan lainnya, dalam konstelasi gerakan pro-demokrasi, KAMMI merupakan aktor baru dengan basis kekuatan gerakan yang solid diantara sekian elemen yang pro-demokrasi.

Kelebihan buku ini antara lain ditulis dengan bahasa yang seolah-olah yang membaca seperti menjadi kader KAMMI, jadi buku ini selain menyampaikan pengetahuan ilmiah, buku ini mampu menyampaikan pesan kebaikan akan gerakan KAMMI. Buku ini mampu menjadi penyemangat bagi aktivis dakwah kampus khususnya dan mampu menjadi penyemangat bagi gerakan mahasiswa pada umumnya. Penulisan juga dilakukan bukan hanya berdasar literatur teks saja baik buku, pemberitaan, dan sebagainya, namun juga dengan keterangan aktivisnya yang secara langsung telah mengalaminya. Sehingga apa yang disampaikan itu ialah sesuai fakta apa adanya. Buku ini juga mampu mengupas latar belakang mengapa gerakan ini bisa muncul, perkembangannya, perjuangannya, dan sebagainya.

Adapun kekurangannya ialah, buku ini ditulis oleh aktifis tarbiyah, yang merupakan aktivis dakwah yang berasal dari masjid kampus, maka jika yang membaca bukan orang tarbiyah/aktivis dakwah, khususnya orang yang mungkin kurang menyukai gerakan KAMMI, maka pembaca akan menganggap buku ini subjektif. Selain itu buku ini juga perlu penelitian berlanjut, karena dalam buku ini hanya sampai tiga tahun. Jika ini terus dilanjutkan, maka kita akan bisa melihat dinamika dari tahun ke tahun.


Buku ini sudah sangat komprehensif dan lengkap untuk membedah KAMMI itu sendiri. Saya sarankan untuk langsung membaca bukunya. Dan sebagai pembaca, maka semangat pergerakan mahasiswa untuk melakukan perubahan akan hidup kembali.

STUDI KRITIS TERHADAP SALAH SATU PRINSIP GERAKAN KAMMI, “PERBAIKAN ADALAH TRADISI PERJUANGAN KAMMI”

STUDI KRITIS
TERHADAP SALAH SATU PRINSIP GERAKAN KAMMI,
“PERBAIKAN ADALAH TRADISI PERJUANGAN KAMMI”






VIKI ADI NUGROHO

KAMMI KOMISARIAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KAMMI DAERAH SLEMAN





KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Segala Puji bagi Alloh yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk banyak belajar. Sehingga mampu bersyukur dan menyelesaikan tulisan yang sedikit ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, dimana karena beliau lah islam kemudian menyebar, menjadikan dunia ini makmur.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam segenap proses penyusunan makalah yang sederhana ini. Meski tuntutan dari berbagai aktivitas lebih banyak, namun Alhamdulillah bisa terselesaikan. Semoga Alloh memberikan kebaikan atas hasil usaha ini.
Dalam menyampaikan perbaikan ini, tentu kita paham bahwa mahasiswa ini ialah anasir perubahan, dan kampus adalah salah satu medan perubahan. Maka tidak patut kalau ia disiakan berlalu begitu saja. Semoga apa yang saya tulis bisa bermanfaat.
Saya yakin masih banyak kekurangan, karena memang sumbernya juga masih sedikit dan diakumulasi dengan pengalaman yang belum genap satu tahun kepengurusan. Tentu ini belumlah lengkap. Masih banyak acuan yang bisa dijadikan rujukan. Kritik dan saran sangat ditunggu untuk perbaikan ke depan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.



Penulis







BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Alloh menciptakan manusia di bumi ini pasti bukanlah hal sia-sia seperti yang telah digariskan dalam aqidah. Seperti disebutkan dengan jelas dalam nash Al-Quran bahwa tiada lain tugas manusia ialah beribadah. Arti ibadah di sini tentu sangatlah luas.
Dialog Alloh dengan malaikat telah menjadi catatan bahwa Alloh menciptakan manusia sebagai pemakmur di bumi, sebagai pemimpin di bumi, dan ini juga merupakan ibadah dalam cakupan yang lebih luas lagi. Karena sebagai pemakmur bumi, pemimpin bumi, maka sudah jelas bahwa misi manusia ialah misi peradaban. Ia membawa misi perbaikan (ishlah). Perbaikan inipun secara jelas Rasulullah telah mencontohkan bergerak dalam sebuah komunitas (jamaah), tidak cukup jika hanya dilakukan sendirian.
Sebagai organisasi yang mewadahi mahasiswa muslim, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia menawarkan salah satu prinsip dari enam prinsipnya, yaitu “Perbaikan adalah Tradisi Perjuangan KAMMI”. Tentu ini bukanlah hal yang baru. Karena memang ini adalah prinsip yang telah ditegaskan Alloh kepada hamba-Nya yang juga sudah dicontohkan kepada Rasulullah.
Dari sini lah kemudian saya ingin mencoba memberikan studi kritis terhadap prinsip ini.


B.   Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan saya analisis:
1.    Apa arti dari prinsip “perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI”?
2.    Bagaimana cara KAMMI melakukan prinsip tersebut?

C.   Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini, antara lain:
1.    Mengetahui arti atau maksud dari prinsip “perbaikan adalah tradisi KAMMI”.
2.    Mengetahui bagaimana cara KAMMI melakukan prinsip ini.







BAB II
PEMBAHASAN

A.   Arti dari Prinsip “Perbaikan adalah Tradisi Perjuangan KAMMI”

Disini saya akan mengawali dengan menganalisis per makna kata yang nantinya akan disimpulkan menjadi makna secara utuh.

1.    Perbaikan
Perbaikan menurut KBBI ([Daring] badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/) antara lain: pembetulan (hasil, perbuatan, usaha), keadaan menjadi baik, dsb.
Saya garis bawahi pada membetulkan dan keadaan menjadi baik.
Sementara dalam Al-Quran makna perbaikan (ishlah) ini juga banyak sekali disebutkan dengan berbagai maknanya, mulai dari amal sholeh, hidayah, iman, saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, hingga keutamaannya sebagai perintah Alloh seperti dalam Q.S. Hud: 88, Al-Asr: 1-3, Al-Anam: 48, Ar-Ra’du: 23-24, dan masih banyak yang lainnya. Saya garis bawahi pada saling mengingatkan.
Juga dalam Q. S Al-Anfal: 39, bahwa upaya perbaikan ini ialah supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Alloh. (Hasan Al-Banna, 2012: 36) Saya garis bawahi pada jangan ada fitnah dan agama itu semata-mata untuk Alloh.
Upaya perbaikan kehidupan harus bersandar pada syariat islam yang secara kuat berupaya memelihara lima aspek kehidupan dalam kehidupan manusia yaitu: agama, akal, jiwa, kehormatan, dan harta. (Mahfudz Sidiq, 2003: 216) Saya garis bawahi pada syariat islam dan lima aspek kehidupan.
Dalam Fiqih Dakwah pada Bab Penjelasan Umum Tentang Dakwah, maka konsep perbaikan akan tercermin dalam tujuan dakwah dengan menjadikan tujuannya ialah Alloh semata. (Musthafa Masyhur, 2013: 5) Saya garis bawahi pada tujuannya ialah Alloh semata.
Begitu pula Sayyid Quthb dalam buku Petunjuk Jalan nya dalam konsep Laa ilaa ha ilallaah, maka jalan ini memang jalan yang harus diawali dengan pemurnian dan penghambaan hanya kepada Alloh untuk mendapatkan tujuan. (Sayyid Quthb, 2013: 166) Saya garis bawahi pada pemurnian dan penghambaan.
Dalam Risalah Pergerakan Hasan Al-Banna bab Kepada Apa Kami Menyeru Manusia (7) pada sub bab jalan tersebut sudah jelas, dijelaskan bahwa perbaikan ini pada dasarnya ialah amar ma’ruf nahi munkar. (Hasan Al-Banna, 2012: 58) Saya garis bawahi pada amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam strategi Perubahan KAMMI – secara konsep sama dengan risalah pergerakan Hasan Al-Banna – secara garis besar upaya perbaikan ini ada tahapannya, yaitu: mewujudkan pribadi muslim yang diridhoi Alloh, mewujudkan rumah tangga dan keluarga islami, mewujudkan masyarakat dan lingkungan islami, mewujudkan negara yang diridhoi Alloh, dan mewujudkan peradaban dunia yang diridhoi Alloh. (Amin Sudarsono, 2010: 89) Saya garis bawahi pada tingkatan/ tahapan amal.
Dalam Risalah Muktamar Kelima dalam sub bab Fikrah ikhwanul muslimin menghimpun seluruh makna ishlah (perbaikan) dijelaskan bahwa fikrah Islam adalah fikrah yang melingkupi seluruh aspek ishlah al ‘ummah (perbaikan masyarakat) dan didalamnya setiap unsur dari berbagai pemikiran dalam rangka perbaikan.  (Hasan Al-Banna, 2012: 538) Saya garis bawahi pada perbaikan seluruh aspek perbaikan masyarakat.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat saya simpulkan bahwa yang dimaksud perbaikan di sini ialah upaya mengubah atau membetulkan kehidupan masyarakat dengan cara ber amar ma’ruf nahi munkar pada seluruh aspek – politik, sosial, budaya, pendidikan, dsb – dengan segala tahapan/ tingkatan amal dengan tujuan semata-mata untuk Alloh.
2.    Tradisi
Dalam KBBI ([Daring] badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/), tradisi diartikan dengan makna: (1) adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat. (2) Penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.
Saya yakin dalam hal ini tidak ada perdebatan mengenai pengertian tradisi, yang jelas poin di sini ialah “kebiasaan”, dan “penilaian bahwa cara-cara yang telah ada adalah benar”.
3.    Perjuangan
Perjuangan dalam KBBI ([Daring] badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/) ialah: (1) perkelahian (merebut sesuatu, peperangan), (2) usaha yang penuh  dengan kesukaran dan bahaya, (3) salah satu wujud interaksi sosial, termasuk persaingan, pelanggaran, dan konflik. Saya garis bawahi usaha penuh kesukaran dan bahaya dan wujud interaksi sosial.
Di dalam Al-Quran bisa dilihat dalam Q. S Al-Hujurat: 15, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” Berjuang di sini lebih diartikan dengan istilah beramal dan jihad (kesungguhan). Jihad memiliki banyak dimensi seperti jihad melawan hawa nafsu, jihad berperang, dan sebagainya. Saya garis bawahi berjuang disini identik dengan beramal dan berjihad.
Juga dalam Q. S. Al-Ankabut: 1-3, sudah jelas bahwa Alloh akan menguji manusia sehingga akan terlihat mana mana yang bersungguh-sungguh, mana yang berdusta. Konsep perjuangan di sini bisa kita lihat bahwa perjuangan yang dimaksud ialah “kesungguhan” dalam hal “berdakwah” karena ujian yang datang pasti butuh yang namanya “saling mengingatkan”. Sehingga Perjuangan dalam jalan dakwah tidaklah mudah, tidaklah halus, tidaklah selalu cepat. (Musthafa Masyhur, 2013: 6). Saya garis bawahi tabiat jalan perjuangan “dakwah”.
Perjuangan dalam “berdakwah” memiliki tiga aspek amal, yaitu hati, lisan, dan tangan. Sehingga perjuangan melalui ketiga aspek amal ini harus disesuaikan dengan situasi kondisi, khususnya yang berkaitan dengan tangan (kekuatan) karena ini akan berkaitan dengan cara yang dilakukan dalam berdakwah, tidaklah mungkin menebar nilai kebaikan jika dilakukan dengan keburukan. (Muhith Muhammad Ishaq, 2012: 69) Saya garis bawahi situasi kondisi dan cara yang dilakukan.
Sehingga saya simpulkan bahwa perjuangan adalah usaha atau amal yang dilakukan dengan sungguh-sungguh – karena tabiat jalan dakwah yang tidak mudah - dengan meniatkannya untuk berjihad di jalan Alloh (dakwah) sesuai dengan situasi kondisi dan dilakukan dengan cara yang baik dan sesuai syariat.

Setelah mengetahui arti dari beberapa kata di atas, saya akan kembali pada pembahasan awal, apa arti dari prinsip “perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI”. Bahwa KAMMI memiliki tujuan perbaikan. KAMMI berupaya mengubah atau membetulkan kehidupan masyarakat dengan cara ber amar ma’ruf nahi munkar pada seluruh aspek – politik, sosial, budaya, pendidikan, dsb – dengan segala tahapan/ tingkatan amal dengan tujuan semata-mata untuk Alloh. KAMMI menjadikan tujuan perbaikan ini sebagai hal yang mendasar, sebagai suatu prinsip yang sebenarnya bukan prinsip baru, namun sudah tertera dalam nash Al-Quran dan dicontohkan oleh Rosulullah. Sehingga tersebut lah sebagai kata “tradisi”.
Tentu dalam upaya menuju perbaikan ini memiliki berbagai tahapan seperti perbaikan diri sendiri, keluarga, masyarakat, pemerintahan, negara, dan dunia. Juga tahapan dakwah mulai dari pengenalan, pembentukan dan amal nyata.
KAMMI sebagai penyeru kebaikan, maka cara yang dilakukan pun adalah cara-cara yang baik dan sesuai aturan/ syariat, cara-cara yang sesuai dengan situasi kondisi. Karena islam adalah rahmat untuk seluruh alam.

B.   Cara KAMMI melaksanakan Prinsip Perbaikan sebagai Tradisi Perjuangan

Sebelum melihat cara pelaksanaan prinsip ini, maka alangkah baiknya jika kita melihat apa visi misi Gerakan KAMMI. Adapun visinya ialah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan masyarakat islami di Indonesia. Perlu digaris bawahi pada “kepemimpinan” dan “masyarakat islami (madani)”. (Mahfudz Sidiq, 2003: 206)
Sedangkan misi nya, yaitu: (1) menjadi pelopor, perekat, dan pemercepat proses perubahan, (2) memberikan pelayanan sosial, (3) memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. (Mahfudz Sidiq, 2003: 211)
Visi misi di atas ialah visi misi awal terbentuknya KAMMI, meski hingga kini sudah terjadi penyempurnaan. Namun intinya sama hanya diperjelas bagian perinciannya.
Kenapa kita harus melihat visi KAMMI lalu setelah itu melihat prinsip KAMMI? Apa hubungannya? Dalam GBHO yang dibentuk pada saat Muktamar VII (Aceh). Visi KAMMI ialah tujuan yang hendak dicapai atau kondisi yang ingin diwujudkan oleh KAMMI. Sedangkan prinsip gerakan KAMMI adalah nilai-nilai dasar gerakan yang menjiwai pergerakan KAMMI sebagai suatu amal jama’i. Prinsip gerakan adalah ciri khas pergerakan KAMMI yang secara unik membedakannya dengan gerakan lain. Prinsip ini merupakan tradisi yang menjadi tetapan (tsawabit) gerakan dan menjadi tolak ukur konsistensi (asholah) gerakan KAMMI.
Kita bisa menyimpulkan hubungan visi dan prinsip. Bahwa untuk mencapai visi tersebut, maka KAMMI harus berpegang pada prinsip-prinsipnya. Sehingga dalam mencapai tujuan digunakanlah cara-cara yang baik.
Di sini saya tidak akan membahas contoh apa saja yang sudah dilakukan KAMMI dalam usaha melakukan perbaikan, namun saya lebih menyoroti pada konsep caranya, antara lain:
1.  Dalam hal “kepemimpinan”, sesuai dengan visinya untuk mencetak kader-kader yang memiliki karakter kepemimpinan muslim untuk masa depan, kita bisa merujuk pada bidang/departemen serta agenda-agenda yang dilakukan KAMMI. Selain Ketua, Sekjen dan perangkatnya, bendahara, ada bidang Kajian Strategis/ Kajian Publik, ada kaderisasi, ada Sosial/ Pemberdayaan Masyarakat, Pembinaan Wilayah, serta Dana dan Usaha.
Sesuai pembahasan “perbaikan”, salah satunya dengan mencetak pemimpin muslim masa depan yaitu dengan adanya sistem/alur kaderisasi salah satunya Dauroh Marhalah dan sertifikasinya. Dalam hal ini KAMMI juga sangat memperhatikan bab pembinaan dan keilmuan, mulai dari kelompok MK (madrasah KAMMI – semacam liqo), kajian fikroh dan manhaj, diskusi, baca buku, dan sebagainya. Sehingga kesadaran/ nalar politik islam kader ini akan tergugah sehingga dengan kesadarannya bisa menempati pos-pos penting dalam lembaga kampus (konteks mahasiswa), baik lembaga dakwah, maupun lembaga umumnya, seperti DPM, BEM, HIMA, UKM, dsb. Dalam hal ini kedudukan bukan tujuan, namun hanya sarana. Efek samping menduduki pos penting ini juga akan menjadi daya tarik kaderisasi karena ketokohannya. Karena pemimpin “masa depan”, maka harapannya kader yang di kampus sudah belajar, setelah keluar mampu menjadi pemimpin pembaharu di masyarakat.
Seperti kita tahu mengapa awal terbentuknya KAMMI, ternyata sudah mampu mengumpulkan massa dengan jumlah banyak saat rapat akbar di masjid Al-Azhar hingga 20ribu orang, salah satunya karena sudah tersebarnya kader dakwah di berbagai bidang, sehingga untuk mengumpulkan massa dan memberi pengaruh lebih mudah karena ia punya karakter kepemimpinan yang bagus.
Selain dari situ, kepemimpinan juga bisa dibentuk dengan daya kritis mahasiswa mengkaji kebijakan dan berbagai masalah yang terjadi di sekitarnya lalu mengambil sikap apa yang akan dilakukan. Seperti saat suksesi kepemimpinan dan penggulingan Soeharto hingga mengawal proses pemerintahan transisi.
Sehingga harapannya karakter “kepemimpinan muslim masa depan” ini mampu menjadi agen pelopor, perekat, dan pemercepat proses perubahan ke arah perbaikan.
2.  Dalam masyarakat, sesuai visinya membawa perbaikan ke arah “masyarakat madani” yaitu masyarakat yang jauh dari otoriterianisme (demokratis), dipenuhi dengan nilai-nilai keadilan, persamaan, kebebasan, dan kemerdekaan. (Mahfudz Sidiq, 2003: 210).
Namun masyarakat madani tidak akan terwujud jika pemerintahannya juga tidak bisa madani, sehingga mengapa “kepemimpinan muslim masa depan” sangat penting dalam KAMMI sebagai agen perubahan.
Adapun untuk mencapai visi ini, telah tertuang dalam misinya yaitu pelayanan sosial dan pendidikan politik pada masayarakat. Dalam pelayanan sosial, maka ada bidang khusus menangani ini yaitu bidang sosial/ pemberdayaan masyarakat yang memiliki kegiatan berbasis amal sosial. Bahkan untuk menangani krisis atau semacam musibah pernah dibuat lembaga semi otonom seperti SSC (Social Service Center) yang mengurusi aksi sosial. Sedangkan dalam pendidikan politik kepada masyarakat sebenarnya sederhana, yaitu dengan merespon isu-isu, masalah-masalah, kebijakan-kebijakan di sekitar yang kemudian diboomingkan melalui aksi, dan itu sebenarnya ialah bagian dari pencerdasan politik bagi masyarakat.







BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diambil, yaitu:

1.    Perbaikan adalah tradisi KAMMI merupakan Prinsip yang dibawa KAMMI adalah perbaikan dalam segala aspek kehidupan di masyarakat dan penyebarannya pun dengan cara-cara yang baik.
2.    Cara-cara atau peran perbaikan ini, KAMMI mengaplikasikannya dengan membuat bidang yang spesifikasi pada hal tertentu, membuat perangkat kaderisasi dan pembinaan serta jenjang nya, menyadarkan kader-kadernya akan pentingnya masuk ke berbagai aspek atau pos penting sehingga bisa berkontribusi memberikan perbaikan.

B.   Saran

1.    Makalah ini sangatlah sedikit referensi dan masih banyak pendapat subyektif berdasarkan pengalaman yang masih sedikit, sehingga masih banyak kekurangan. Pembaca bisa menelaah di berbagai sumber lain.
2.    KAMMI sebagai gerakan perbaikan yang menyeru tentu butuh pembinaan, maka gencarkan lagi bab pembinaan ini.








DAFTAR PUSTAKA

Al-Banna, Hasan. 2012. RISALAH PERGERAKAN HASAN AL-BANNA Jilid 1. Surakarta: Era Adicitra Intermedia.
Ishaq, Muhith Muhammad. 2012. FIQH POLITIK Hasan Al-Bana. Jakarta: Robbani Press.
Masyhur, Musthafa. 2013. Fiqih Dakwah Jilid 1. Surakarta: Era Adicitra Intermedia.
Quthb, Sayyid. 2013. MA’ALIM FI ATH-THARIQ Petunjuk Jalan yanag Menggetarkan Iman. Yogyakarta: Darul Uswah.
Sidiq, Mahfudz. 2003. KAMMI DAN OERGULATAN REFORMASI (Kiprah Politik Aktivis Dakwah Kampus dalam Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Kritis Nasional Multidimensi). Solo: Era Intermedia.
Sudarsono. Amin. 2010. IJTIHAD MEMBANGUN BASIS GERAKAN. Jakarta: Muda Cendekia Press.

badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ , 19 Oktober 2015, Pukul 21.56 WIB.








BIOGRAFI PENULIS

Sebut saja Viki. Nama lengkap Viki Adi Nugroho. Asli kelahiran Cilacap, di desa Patimuan, 28 September 1994. Mulai mengetahui tarbiyah dengan berkenalan bersama liqo sejak SMP kelas tiga. Meski SMA sempat vakum, karena para murabbi awal sedsang sibuk menyiapkan basis pendidikan dan sosial.
Saya tidak pernah mengenyam pendidikan pesantren. Hanya hidup dekat lingkungan mushola saja. Namun Alloh memberikan kepada saya sikap yang berbeda dari yang lain, yaitu komitmen dan rasa ingin tahu. Semenjak SMP mungkin saya suka buku. Namun suka membaca baru semenjak masuk ke perguruan tinggi.
Organisasi yang pernah saya ikuti semenjak SMP ialah OSIS. Di SMA mengikuti Remas As-Salam dan OSIS juga. Sebenarnya di kampus sudah mulai penat dengan organisasi. Namun berkat pernah liqo, maka di kampus semenjak masuk pertama kali, liqo sudah berjalan. Dari sini lah berawal kesadaran dakwah kampus. Sangat sederhana Alloh mengubah sejarah.
Kuliah di program studi Pendidikan Seni Rupa. Orang bilang sesuatu yang melenceng. Karena semenjak SMA, fisika menjadi bidang fokusan saya. Ternyata kebutuhan akan mengekspresikan perasaan itu mungkin yang mengarahkan saya kesana.
Aktif di kepengurusan UKMF KM Al-Huda FBS UNY. Berawal dari staf di Bidang Media dan Wacana (BMW) tahun 2014. Kemudian menjadi Ketua Bidang Kaderisasi dan Pembinaan UKMF KM Al-Huda FBS UNY 2015. Di KAMMI sendiri baru aktif di kepengurusan tahun 2015 sebagai staf BUMK (Badan Usaha).
Pekerjaan masih aktif sebagai mahasiswa dan masih bergelut dengan bisnis desain, drawing, painting (wajah dan karikatur), dan sejenisnya.