Selasa, 04 April 2017

Dauroh yang Efektif

Dauroh yang Efektif
Oleh


Viki Adi Nugroho
Pengurus Komisariat KAMMI UNY

Tulisan berikut merupakan tulisan yang lebih banyak saya ambil dari pengalaman saya mengikuti dauroh-dauroh. Meski tetap ada beberapa referensi yang dirujuk. Dengan mengangkat judul dauroh yang efektif. Maka alangkah baiknya terlebih dahulu membedah apa arti judul maupun latar belakang dari judul ini.
Berikut saya kutipkan definisi daurah dari buku Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin. Dinamakan daurah karena ia merupakan aktivitas berkala, yakni dilaksanakan pada setiap waktu tertentu secara rutin. Ia adalah aktivitas mengumpulkan sejumlah ikhwan yang relatif banyak di suatu tempat untuk mendengarkan ceramah, kajian, penelitian, dan pelatihan tentang suatu masalah dengan mengangkat tema tertentu yang dirasa penting bagi keberlangsungan amal islami. Ia merupakan salah satu perangkat yang sering dipergunakan oleh jamaah dengan maksud meningkatkan kadar wawasan dan pelatihan pada diri anggota ikhwan – baik sebagai individu maupun pemimpin – untuk kepentingan aktivitas Islam, atau untuk kepentingan dakwah dan jamaah. (Ali Abdul Halim Mahmud, 2001: 323)
Dari sumber aslinya, maka saya kira sudah jelas apa itu dauroh. Adapun efektif kalau kita merujuk pada KBBI, efektif ini mempunyai arti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya).
Maka disini saya mendefinisikan dauroh yang efektif adalah sebuah dauroh yang memberikan efek atau pengaruh atau hasil sesuai yang diharapkan kepada peserta tentunya setelah dauroh itu selesai. Sehingga hasilnya akan terlihat pasca dauroh. Atau bahasa pragmatisnya, materinya tersampaikan dengan baik dan diterapkan pasca dauroh.
Adapun alasan kenapa saya mengambil judul ini ialah karena seringnya saya mengikuti dauroh (dauroh apapun – bukan hanya dauroh yang ada di KAMMI) namun dauroh tidak membekas lama atau berkesan penuh kepada pesertanya. Meski saya akui, bahwa dauroh yang paling berkesan memang ada di KAMMI jika dibandingkan dengan dauroh-dauroh lainnya di kampus. Memang bab keinstrukturan inilah kemudian yang menjadi unik dalam dauroh KAMMI. Namun sepanjang saya mengikuti atau membersamai Dauroh Marhalah 1, ada beberapa hal yang harus diperbaiki atau menjadi catatan penting. Itulah yang akan menjadi pembahasan utama pada tulisan ini.
Pertama, Dauroh yang efektif ini bisa terlaksana apabila pembicara/ instruktur ialah orang yang memang ahli/ pakar di bidangnya atau seminimal-minimalnya ia punya sense/ minat yang dalam pada bidang tertentu. Memang saya akui bahwa bab keinstrukturan dalam TFI, para calon instruktur memilih dua materi yang kemudian menjadi keahliannya. Bahkan follow up seperti halaqah instruktur juga tersedia. Namun ketika melihat keinstrukturan yang ada di UNY khususnya, saya melihat seperti “memaksakan”, dimana pemateri/ instruktur setiap ada Dauroh Marhalah 1 mengisi materi yang kemudian berbeda-beda, namun saya melihat bahwa sebenarnya instruktur ini hanya lebih ahli di bidang tertentu dengan alasan memang tidak ada orang. Padahal menurut saya, kalau memang masih ada yang ahli, kenapa tidak? Seperti yang tertuang dalam karakter spesifik dauroh, dimana salah satunya yaitu para ustadz (bahasa KAMMI ialah instruktur) yang diminta menjadi tutor pada forum dauroh harus orang yang benar-benar pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan maupun pengalaman yang akan dibahas atau dilatihkan (Ali Abdul Halim Mahmud, 2001: 323). Karena memang dauroh ini memiliki tujuan spesifikasi atau tujuan khusus masing-masing, semisal dalam Dauroh Marhalah 1, tujuannya ialah membentuk syakhsiyah islamiyah harokiyah (jika mengacu pada manhaj pengkaderan KAMMI), maka materi yang diberikan ialah materi dasar yang menjadi tumpuan dan membentuk fikroh dalam Islam.
Dari sini, saya lebih memilih jalur dimana ketika calon instruktur ini memilih spesifikasi materi A dan B, maka akan lebih baik ketika orang ini pasca TFI mendalami materi dan belajar lebih terhadap dua hal spesifikasi itu baik segi materi maupun pengalaman. Sehingga ketika menghadapi dauroh-dauroh, maka ketertarikan peserta – karena pembicara menguasai dan mendalamai – akan lebih tinggi dan feel yang didapat juga lebih baik, sehingga peserta akan merasakan benar-benar bahwa apa yang sedang ia terima itu penting dan harus dilaksanakan.
Kedua, bab komitmen terhadap waktu yang telah direncanakan. Kenapa ini penting? Karena peserta yang menjalani dauroh (dalam hal ini dauroh marhalah 1) ialah orang umum atau tidak semuanya orang yang memang sudah paham terhadap islam atau terhadap agenda-agenda seperti ini (baca: dauroh), jangan sampai apa yang kemudian dijanjikan tidak sesuai harapan, jangan sampai menjadikan citra organisasi menjadi buruk. Dari “kekecewaan” ini, dengan berkurangnya ekspektasi pada dauroh, maka selanjutnya akan menjadi problem pada semangat peserta untuk menjalankan agenda selanjutnya. Inilah titik tekan yang terpenting dari point kedua. Selain itu, komitmen terhadap waktu ini juga ditunjukkan jangan sampai agenda yang tersusun molor lama sehingga membuat peserta merasa bosan dan merasa capek atau lelah. Maka butuh komunikasi yang baik dari perangkat dan semua pihak, untuk menjaga ketepatan dan komitmen terhadap waktu, meski di lapangan terkadang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga perangkat (khususnya MOT) harus jeli membuat plan A, B, dan sebagainya.
Ketiga, membaca psikologi peserta dan zaman yang sedang berkembang. Ini sangat diperlukan dan dipertimbangkan khususnya instruktur yang akan mengisi, sehingga saat dauroh berlangsung, apa yang menjadi tujuan bisa terpenuhi. Membaca psikologi peserta pun saya yakin dilakukan oleh setiap instruktur yang kemudian mengisi di Dauroh Marhalah, mulai dari kondisi peserta, kondisi materi sebelumnya, dan sebagainya. Paling tidak instruktur mengetahui kondisi secara umum pemahaman kader agar mampu masuk lebih jauh dalam menanamkan fikroh dengan metode atau cara yang sesuai dengan kondisi peserta. Adapun membaca zaman yang saya maksud disini ialah membaca atau belajar karakter orang dari zaman yang saat ini berlangsung khususnya zaman dimana teknologi informasi sudah berkembang pesat. Dimana orang sudah mulai berkurang berminat dalam membaca buku, sudah mulai bosan dengan metode ceramah, sudah mulai bosan dengan metode-metode klasik lainnya. Sehingga ketika memang ada metode yang baru dan itu bisa digunakan, kenapa tidak. Misal: ketika materi problematika umat, biasanya instruktur akan memasang dua metode yaitu ceramah dan praktek turun ke masyarakat sekitar. Itu memang bagus, namun dengan memperhatikan perkembangan saat ini dimana informasi sudah sangat cepat, maka penambahan metode juga akan lebih baik, seperti menampilkan video permasalahan-permasalahan yang berkembang terakhir di Indonesia atau dunia, kemudian belajar menganalisisnya, dan sebagainya. Di zaman informasi ini pun psikologi orang akan lebih suka selain audio visual/ video, juga mereka lebih suka sesuatu yang menarik (kinestetik) ketimbang sekedar monoton (audio dan visual saja). Maka instruktur pun harus mampu mengatasi ini, misal tempat duduk peserta dauroh, pengelompokan grup discussion, meski sekali lagi ini tergantung metode yang akan digunakan dan disesuaikan dengan tujuan materi. Fungsi ini sebenarnya bisa dilakukan juga oleh MCr agar peserta tidak mengantuk dan bosan.
Itu ketiga hal yang sebenarnya ingin saya sampaikan. Adapun desain dauroh seperti apa yang kemudian ingin saya tawarkan. Secara garis besar dalam susunan agenda tidak jauh berbeda dengan apa yang biasanya. Selama tiga hari dimana sebelumnya ada pra dauroh.
Untuk agenda Pra DM1, maka agenda ini dibuat umum, adapun yang disampaikan jika mengacu pada manhaj ialah : sejarah kelahiran KAMMI, visi-misi dan prinsip gerakan KAMMI, pengenalan struktur dan kepengurusan, serta bagaimana alur kaderisasi di KAMMI. Namun menurut saya, dengan mempertimbangkan alasan evaluasi yang ketiga diatas, maka perlu adanya pengemasan agenda dengan menarik dengan tetap memasukkan point penting seperti yang tertuang dalam manhaj. Bisa dilakukan dengan dua cara: pertama, dengan mengemas menjadi agenda santai (seperti sambil makan-makan, es buah, rujak, nonton atau bedah film, bedah buku, dsb), kedua, dengan mendatangkan alumni-alumni DM1 yang sudah menjadi tokoh atau pakar di bidang tertentu sekaligus membahasa masalah/ isu yang mungkin sedang berkembang di kampus tersebut. Atau kedua cara tersebut bisa digunakan. Saya menulis demikian, karena melihat kondisi zaman yang berubah sedemikian rupa, maka diperlukan pencairan suasana atau suasana yang bersahabat. Sehingga KAMMI tidak terkesan kaku dan menakutkan. Dan ini yang kemudian dilakukan oleh komisariat UNY untuk beberapa kali terakhir DM1.
Adapun secara run down seperti berikut:
No
Agenda
Pukul
Keterangan

Jumat


1.       
Upacara Pembukaan
16.00-16.30

2.       
Pemberangkatan Kloter 1
16.30-17.30

3.       
Pemberangkatan Kloter 2
18.30-19.30

4.       
Ishoma
19.30-20.30

5.       
Ekspektasi
20.30-21.30

6.       
Materi 1 (Syahadatain-Aqidah)
21.30-23.30

7.       
Istirahat
23.30-03.30


Sabtu


8.       
Agenda Ruhiyah (Tahajud, Tilawah, dsb)
03.30-04.15

9.       
Sholat Shubuh, al-matsurat,
04.15-05.15

10.   
Olahraga (Senam pagi, games, dsb)
05.15-06.30

11.   
Bersih diri dan Ishoma
06.30-08.00

12.   
Materi 2 (Syumuliyatul Islam)
08.00-11.30

13.   
Ishoma
11.30-12.30

14.   
Materi 3 (Problematika Umat)
13.00-15.30

15.   
Materi 4 (IPPS)
16.00-18.00

16.   
Bersih diri, ishoma,
18.00-19.30

17.   
Materi 5 (SFGK)
19.30-21.30

18.   
KAMMI Coffee Night
21.30-23.30

19.   
Istirahat
23.30-03.30


Minggu


20.   
Agenda Ruhiyah (Tahajud, Tilawah, dsb)
03.30-04.15

21.   
Sholat Shubuh, al-matsurat,
04.15-05.15

22.   
Olahraga (Senam pagi, games, dsb)
05.15-06.00

23.   
Bersih diri+makan
06.00-07.00

24.   
Materi TMA (training manajemen aksi / Muatan lokal)
07.00-08.00

25.   
Outbond
08.00-10.30

26.   
TMA (praktek)
10.30-12.00

27.   
Ishoma+bersih diri
12.00-13.30

28.   
Refleksi
13.30-14.00

29.   
Penutupan
14.00-14.30

30.   
Pulang
14.30 -


Agenda yang kemudian menjadi muatan lokal, saya sendiri lebih prefer ke TMA dan materi politik kecuali ada kondisi tertentu yang memang membutuhkan materi lain, namun diantara dua materi ini dengan mempertimbangkan lapangan, maka saya lebih memilih training manajemen aksi. Sehingga untuk materi TMA diletakkan di pagi hari (kondisi fresh), dan prakteknya dimasukkan ke dalam rangkaian outbond (pos terakhir). Adapun pos-pos outbond jumlahnya menyesuaikan dengan kondisi peserta, maksudnya, pos ini dibuat untuk memenuhi atau merefleksikan materi yang telah dipelajari ditambah dengan bentuk games yang menyenangkan.
Agenda spesial yang tetap saya pertahankan ialah KAMMI Coffe Night, dengan agenda perkenalan pengurus KAMMI dan kader-kadernya (untuk kader-kader tokoh di kampus diwajibkan untuk hadir agar menarik dan menyemangati peserta). Selain pengenalan pengurus dan minum kopi bersama (atau minum soft drink yang lainnya/ agenda santai) juga ada tanya jawab seputar KAMMI khususnya KAMMI komisariatnya masing-masing, karena biasanya banyak yang kemudian ingin mereka klarifikasi.
Khusus refleksi menurut saya penting, hanya saja terkadang hilang dikarenakan peserta sudah kelelahan dan sebagainya, sehingga diarahkan untuk beres-beres dan pulang. Ini penting selain untuk mengetahui bagaimana perasaan peserta, juga bisa digunakan untuk mengembalikan semangat dan langkah apa selanjutnya yang akan dilakukan pasca dauroh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar