Dauroh
yang Efektif
Oleh
Viki
Adi Nugroho
Pengurus
Komisariat KAMMI UNY
Tulisan
berikut merupakan tulisan yang lebih banyak saya ambil dari pengalaman saya
mengikuti dauroh-dauroh. Meski tetap ada beberapa referensi yang dirujuk.
Dengan mengangkat judul dauroh yang efektif. Maka alangkah baiknya terlebih
dahulu membedah apa arti judul maupun latar belakang dari judul ini.
Berikut
saya kutipkan definisi daurah dari buku Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul
Muslimin. Dinamakan daurah karena ia merupakan aktivitas berkala, yakni
dilaksanakan pada setiap waktu tertentu secara rutin. Ia adalah aktivitas
mengumpulkan sejumlah ikhwan yang relatif banyak di suatu tempat untuk
mendengarkan ceramah, kajian, penelitian, dan pelatihan tentang suatu masalah
dengan mengangkat tema tertentu yang dirasa penting bagi keberlangsungan amal
islami. Ia merupakan salah satu perangkat yang sering dipergunakan oleh jamaah
dengan maksud meningkatkan kadar wawasan dan pelatihan pada diri anggota ikhwan
– baik sebagai individu maupun pemimpin – untuk kepentingan aktivitas Islam,
atau untuk kepentingan dakwah dan jamaah. (Ali Abdul Halim Mahmud, 2001: 323)
Dari
sumber aslinya, maka saya kira sudah jelas apa itu dauroh. Adapun efektif kalau
kita merujuk pada KBBI, efektif ini mempunyai arti ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya).
Maka
disini saya mendefinisikan dauroh yang efektif adalah sebuah dauroh yang
memberikan efek atau pengaruh atau hasil sesuai yang diharapkan kepada peserta
tentunya setelah dauroh itu selesai. Sehingga hasilnya akan terlihat pasca
dauroh. Atau bahasa pragmatisnya, materinya tersampaikan dengan baik dan
diterapkan pasca dauroh.
Adapun
alasan kenapa saya mengambil judul ini ialah karena seringnya saya mengikuti
dauroh (dauroh apapun – bukan hanya dauroh yang ada di KAMMI) namun dauroh
tidak membekas lama atau berkesan penuh kepada pesertanya. Meski saya akui,
bahwa dauroh yang paling berkesan memang ada di KAMMI jika dibandingkan dengan
dauroh-dauroh lainnya di kampus. Memang bab keinstrukturan inilah kemudian yang
menjadi unik dalam dauroh KAMMI. Namun sepanjang saya mengikuti atau
membersamai Dauroh Marhalah 1, ada beberapa hal yang harus diperbaiki atau
menjadi catatan penting. Itulah yang akan menjadi pembahasan utama pada tulisan
ini.
Pertama,
Dauroh yang efektif ini bisa terlaksana apabila pembicara/ instruktur ialah
orang yang memang ahli/ pakar di bidangnya atau seminimal-minimalnya ia punya
sense/ minat yang dalam pada bidang tertentu. Memang saya akui bahwa bab
keinstrukturan dalam TFI, para calon instruktur memilih dua materi yang
kemudian menjadi keahliannya. Bahkan follow up seperti halaqah instruktur juga
tersedia. Namun ketika melihat keinstrukturan yang ada di UNY khususnya, saya
melihat seperti “memaksakan”, dimana pemateri/ instruktur setiap ada Dauroh
Marhalah 1 mengisi materi yang kemudian berbeda-beda, namun saya melihat bahwa
sebenarnya instruktur ini hanya lebih ahli di bidang tertentu dengan alasan
memang tidak ada orang. Padahal menurut saya, kalau memang masih ada yang ahli,
kenapa tidak? Seperti yang tertuang dalam karakter spesifik dauroh, dimana
salah satunya yaitu para ustadz (bahasa KAMMI ialah instruktur) yang diminta
menjadi tutor pada forum dauroh harus orang yang benar-benar pakar dalam disiplin
ilmu pengetahuan maupun pengalaman yang akan dibahas atau dilatihkan (Ali Abdul
Halim Mahmud, 2001: 323). Karena memang dauroh ini memiliki tujuan spesifikasi
atau tujuan khusus masing-masing, semisal dalam Dauroh Marhalah 1, tujuannya
ialah membentuk syakhsiyah islamiyah harokiyah (jika mengacu pada manhaj
pengkaderan KAMMI), maka materi yang diberikan ialah materi dasar yang menjadi
tumpuan dan membentuk fikroh dalam Islam.
Dari
sini, saya lebih memilih jalur dimana ketika calon instruktur ini memilih
spesifikasi materi A dan B, maka akan lebih baik ketika orang ini pasca TFI
mendalami materi dan belajar lebih terhadap dua hal spesifikasi itu baik segi
materi maupun pengalaman. Sehingga ketika menghadapi dauroh-dauroh, maka
ketertarikan peserta – karena pembicara menguasai dan mendalamai – akan lebih
tinggi dan feel yang didapat juga
lebih baik, sehingga peserta akan merasakan benar-benar bahwa apa yang sedang
ia terima itu penting dan harus dilaksanakan.
Kedua,
bab komitmen terhadap waktu yang telah direncanakan. Kenapa ini penting? Karena
peserta yang menjalani dauroh (dalam hal ini dauroh marhalah 1) ialah orang
umum atau tidak semuanya orang yang memang sudah paham terhadap islam atau
terhadap agenda-agenda seperti ini (baca: dauroh), jangan sampai apa yang
kemudian dijanjikan tidak sesuai harapan, jangan sampai menjadikan citra
organisasi menjadi buruk. Dari “kekecewaan” ini, dengan berkurangnya ekspektasi
pada dauroh, maka selanjutnya akan menjadi problem pada semangat peserta untuk
menjalankan agenda selanjutnya. Inilah titik tekan yang terpenting dari point
kedua. Selain itu, komitmen terhadap waktu ini juga ditunjukkan jangan sampai
agenda yang tersusun molor lama sehingga membuat peserta merasa bosan dan
merasa capek atau lelah. Maka butuh komunikasi yang baik dari perangkat dan
semua pihak, untuk menjaga ketepatan dan komitmen terhadap waktu, meski di
lapangan terkadang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga perangkat
(khususnya MOT) harus jeli membuat plan A, B, dan sebagainya.
Ketiga,
membaca psikologi peserta dan zaman yang sedang berkembang. Ini sangat
diperlukan dan dipertimbangkan khususnya instruktur yang akan mengisi, sehingga
saat dauroh berlangsung, apa yang menjadi tujuan bisa terpenuhi. Membaca
psikologi peserta pun saya yakin dilakukan oleh setiap instruktur yang kemudian
mengisi di Dauroh Marhalah, mulai dari kondisi peserta, kondisi materi
sebelumnya, dan sebagainya. Paling tidak instruktur mengetahui kondisi secara
umum pemahaman kader agar mampu masuk lebih jauh dalam menanamkan fikroh dengan
metode atau cara yang sesuai dengan kondisi peserta. Adapun membaca zaman yang
saya maksud disini ialah membaca atau belajar karakter orang dari zaman yang
saat ini berlangsung khususnya zaman dimana teknologi informasi sudah berkembang
pesat. Dimana orang sudah mulai berkurang berminat dalam membaca buku, sudah
mulai bosan dengan metode ceramah, sudah mulai bosan dengan metode-metode
klasik lainnya. Sehingga ketika memang ada metode yang baru dan itu bisa
digunakan, kenapa tidak. Misal: ketika materi problematika umat, biasanya
instruktur akan memasang dua metode yaitu ceramah dan praktek turun ke
masyarakat sekitar. Itu memang bagus, namun dengan memperhatikan perkembangan
saat ini dimana informasi sudah sangat cepat, maka penambahan metode juga akan
lebih baik, seperti menampilkan video permasalahan-permasalahan yang berkembang
terakhir di Indonesia atau dunia, kemudian belajar menganalisisnya, dan
sebagainya. Di zaman informasi ini pun psikologi orang akan lebih suka selain
audio visual/ video, juga mereka lebih suka sesuatu yang menarik (kinestetik)
ketimbang sekedar monoton (audio dan visual saja). Maka instruktur pun harus
mampu mengatasi ini, misal tempat duduk peserta dauroh, pengelompokan grup
discussion, meski sekali lagi ini tergantung metode yang akan digunakan dan
disesuaikan dengan tujuan materi. Fungsi ini sebenarnya bisa dilakukan juga
oleh MCr agar peserta tidak mengantuk dan bosan.
Itu
ketiga hal yang sebenarnya ingin saya sampaikan. Adapun desain dauroh seperti
apa yang kemudian ingin saya tawarkan. Secara garis besar dalam susunan agenda
tidak jauh berbeda dengan apa yang biasanya. Selama tiga hari dimana sebelumnya
ada pra dauroh.
Untuk
agenda Pra DM1, maka agenda ini dibuat umum, adapun yang disampaikan jika mengacu
pada manhaj ialah : sejarah kelahiran KAMMI, visi-misi dan prinsip gerakan
KAMMI, pengenalan struktur dan kepengurusan, serta bagaimana alur kaderisasi di
KAMMI. Namun menurut saya, dengan mempertimbangkan alasan evaluasi yang ketiga
diatas, maka perlu adanya pengemasan agenda dengan menarik dengan tetap
memasukkan point penting seperti yang tertuang dalam manhaj. Bisa dilakukan
dengan dua cara: pertama, dengan mengemas menjadi agenda santai (seperti sambil
makan-makan, es buah, rujak, nonton atau bedah film, bedah buku, dsb), kedua,
dengan mendatangkan alumni-alumni DM1 yang sudah menjadi tokoh atau pakar di
bidang tertentu sekaligus membahasa masalah/ isu yang mungkin sedang berkembang
di kampus tersebut. Atau kedua cara tersebut bisa digunakan. Saya menulis
demikian, karena melihat kondisi zaman yang berubah sedemikian rupa, maka
diperlukan pencairan suasana atau suasana yang bersahabat. Sehingga KAMMI tidak
terkesan kaku dan menakutkan. Dan ini yang kemudian dilakukan oleh komisariat
UNY untuk beberapa kali terakhir DM1.
Adapun
secara run down seperti berikut:
No
|
Agenda
|
Pukul
|
Keterangan
|
|
Jumat
|
|
|
1.
|
Upacara Pembukaan
|
16.00-16.30
|
|
2.
|
Pemberangkatan Kloter 1
|
16.30-17.30
|
|
3.
|
Pemberangkatan Kloter 2
|
18.30-19.30
|
|
4.
|
Ishoma
|
19.30-20.30
|
|
5.
|
Ekspektasi
|
20.30-21.30
|
|
6.
|
Materi 1 (Syahadatain-Aqidah)
|
21.30-23.30
|
|
7.
|
Istirahat
|
23.30-03.30
|
|
|
Sabtu
|
|
|
8.
|
Agenda Ruhiyah (Tahajud, Tilawah,
dsb)
|
03.30-04.15
|
|
9.
|
Sholat Shubuh, al-matsurat,
|
04.15-05.15
|
|
10.
|
Olahraga (Senam pagi, games, dsb)
|
05.15-06.30
|
|
11.
|
Bersih diri dan Ishoma
|
06.30-08.00
|
|
12.
|
Materi 2 (Syumuliyatul Islam)
|
08.00-11.30
|
|
13.
|
Ishoma
|
11.30-12.30
|
|
14.
|
Materi 3 (Problematika Umat)
|
13.00-15.30
|
|
15.
|
Materi 4 (IPPS)
|
16.00-18.00
|
|
16.
|
Bersih diri, ishoma,
|
18.00-19.30
|
|
17.
|
Materi 5 (SFGK)
|
19.30-21.30
|
|
18.
|
KAMMI Coffee Night
|
21.30-23.30
|
|
19.
|
Istirahat
|
23.30-03.30
|
|
|
Minggu
|
|
|
20.
|
Agenda Ruhiyah (Tahajud, Tilawah,
dsb)
|
03.30-04.15
|
|
21.
|
Sholat Shubuh, al-matsurat,
|
04.15-05.15
|
|
22.
|
Olahraga (Senam pagi, games, dsb)
|
05.15-06.00
|
|
23.
|
Bersih diri+makan
|
06.00-07.00
|
|
24.
|
Materi TMA (training manajemen aksi
/ Muatan lokal)
|
07.00-08.00
|
|
25.
|
Outbond
|
08.00-10.30
|
|
26.
|
TMA (praktek)
|
10.30-12.00
|
|
27.
|
Ishoma+bersih diri
|
12.00-13.30
|
|
28.
|
Refleksi
|
13.30-14.00
|
|
29.
|
Penutupan
|
14.00-14.30
|
|
30.
|
Pulang
|
14.30 -
|
|
Agenda
yang kemudian menjadi muatan lokal, saya sendiri lebih prefer ke TMA dan materi politik kecuali ada kondisi tertentu yang
memang membutuhkan materi lain, namun diantara dua materi ini dengan
mempertimbangkan lapangan, maka saya lebih memilih training manajemen aksi.
Sehingga untuk materi TMA diletakkan di pagi hari (kondisi fresh), dan
prakteknya dimasukkan ke dalam rangkaian outbond (pos terakhir). Adapun pos-pos
outbond jumlahnya menyesuaikan dengan kondisi peserta, maksudnya, pos ini
dibuat untuk memenuhi atau merefleksikan materi yang telah dipelajari ditambah dengan
bentuk games yang menyenangkan.
Agenda
spesial yang tetap saya pertahankan ialah KAMMI Coffe Night, dengan agenda
perkenalan pengurus KAMMI dan kader-kadernya (untuk kader-kader tokoh di kampus
diwajibkan untuk hadir agar menarik dan menyemangati peserta). Selain
pengenalan pengurus dan minum kopi bersama (atau minum soft drink yang lainnya/ agenda santai) juga ada tanya jawab
seputar KAMMI khususnya KAMMI komisariatnya masing-masing, karena biasanya
banyak yang kemudian ingin mereka klarifikasi.
Khusus
refleksi menurut saya penting, hanya saja terkadang hilang dikarenakan peserta
sudah kelelahan dan sebagainya, sehingga diarahkan untuk beres-beres dan
pulang. Ini penting selain untuk mengetahui bagaimana perasaan peserta, juga
bisa digunakan untuk mengembalikan semangat dan langkah apa selanjutnya yang
akan dilakukan pasca dauroh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar