Selasa, 04 April 2017

RESUME Buku Terjemahan TA’LIMUL MUTA’ALLIM

RESUME TA’LIMUL MUTA’ALLIM
(Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan)
Karya Syekh Zanurji
Penerjemah: Drs. H Aliy As’ad, M.M
Tahun: 2007
Penerbit: Menara Kudus



Oleh Viki Adi Nugroho

Mukaddimah
A.    Latar Belakang
Buku ini hadir karena kekhawatiran penulis bahkan menjadi fakta bahwa banyak yang menuntut ilmu, namun tidak mendapat faedahnya atau manfaat dan buahnya, yaitu aplikasi ilmu dan pengembangannya.
B.     Judul dan Isi Buku
Judul asli nya: Ta’limul Muta’allim Thariqat Ta’allum (Pelajaran bagi pelajar /penuntut ilmu akan jalannya belajar)
Adapun isinya:
Pasal 1: tentang pengertian ilmu, fikih, dan keutamaannya.
Pasal 2: tentang niat dalam belajar.
Pasal 3: tentang memilih ilmu, guru, teman, dan tentang ketabahan.
Pasal 4: tentang penghormatan terhadap ilmu dan ulama.
Pasal 5: tentang ketekunan, kontinuitas dan minat.
Pasal 6: tentang Permulaan belajar, kuantitas dan tatib belajar.
Pasal 7: tentang tawakkal.
Pasal 8: tentang waktu keberhasilan.
Pasal 9: tentang kasih sayang dan nasehat.
Pasal 10: tentang istifadhah.
Pasal 11: tentang waro’ ketiika belajar.
Pasal 12: tentang penyebab hafal dan penyebab lupa.
Pasal 13: tentang sumber dan penghambat rizki, penambah dan pemotong usia.

Pasal 1
Pengertian Ilmu, Fiqih dan keutamaannya
A.    Kewajiban Belajar
Rasulullah bersabda, “Menuntut ilmu hukumnya fardhu bagi setiap muslim, laki-laki maupun perempuan”.
Ilmu paling utama adalah ilmu Hal, dan perbuatan paling utama adalah memelihara Al Hal. Ilmu hal: ilmu tingkah laku, ilmu keadaan/ kondisi atau ilmu pengetahuan yang selalu diperlukan dalam melaksanakan agama, yaitu: ilmu ushuludin dan ilmu fikih. Ilmu ushuludin untuk membimbing iman, ilmu fikih untuk pelaksanaan tata caranya.
Orang muslim wajib mempelajari ilmu yang diperlukan untuk menghadapi tugas/ kondisi dirinya, apapun wujud kondisi/ tugas tersebut. Misal: wajib sholat berarti harus berlimu tentang sholat. Menjadi pedagang maka ia wajib punya ilmu berdagang, dsb.
Ada sebuah kaidah fikih: sesuatu hal yang kewajiban tidak dapat terlaksana kecuali dengan dia maka hal itu wajib adanya.
B.     Kemuliaan Ilmu
Semua sudah tahu, bahwa kemuliaan ilmu ini dikhususkan untuk manusia, hewan tidak ada. Bahkan ini yang membuat keunggulan nabi Adam sehingga malaikat dan iblis pun diperintahkan untuk bersujud. Selain itu, ilmu juga merupakan wasilah (sarana) untuk menuju hidayah (kebaikan dan taqwa).
C.     Belajar Ilmu Akhlaq
Bagi setiap muslim, ini wajib. Agar paham akhlaq yang baik dan yang buruk. Dan ketika tahu ilmunya, maka akan bisa membedakannyasehingga terjauh dari sifat-sifat buruk.
D.    Ilmu yang Fardhu Kifayah dan yang Haram dipelajari
Mempelajari ilmu yang dibutuhkan pada saat-saat tertentu hukumnya fardhu kifayah, jika dalam suatu daerah ada orang yang mengetahuinya, maka cukuplah, namun jika tidak ada sama sekali maka semua menanggus dosa, sehingga pemimpin harus segera untuk memerintahkan agar ada yang belajar ilmu tersebut. Ibarat ilmu yang fardhu ain seperti yang telah disebut diatas itu seperti makan (primer), dan ilmu fardhu kifayah ini ibarat obat. Adapun ilmu ramal itu haram.
E.     Definisi Ilmu
Ilmu: kondisi sedemikian rupa yang jika dimiliki seseorang maka menjadi jelas apa yang diketahuinya.
Fiqih: pengetahuan tentang detil-detil ilmu. Berkata Abu Hanifah, ra, : “fiqih adalah pengetahuan tentang hal yang berguna dan yang berbahaya bagi diri seseorang”. Juga: “Tiada artinya suatu ilmu kecuali untuk diamalkan, sedang pengamalan ilmu berwujud meninggalkan orientasi duniawi demi ukhrawi.
Maka manusia jangan sampai lengah dari hal yang bermanfaat dan berbahaya di dunia dan akhirat.

Pasal 2
Niat dalam Belajar
A.    Niat Belajar
Penuntut ilmu wajib berniat sewaktu belajar, karena ini pokok segala urusan seperti yang disabdakan rosul, “sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya” (HR. Bukhori Muslim) juga “Banyak amal perbuatan yang bentuknya perbuatan duniawi, kemudian menjadi amal ukhrawi, kemudian menjadi perbuatan duniawi sebab buruk niatnya, dan tidak sedikit amal perbuatan yang bentuknya ukhrawi, kemudian menjadi perbuatan duniawi sebab buruk niatnya”
B.     Niat Baik dan Buruk
Sebaiknya penuntut ilmu dalam belajarnya berniat mencari ridho Alloh, kebahagiaan akhirat, membasmi kebodohan (diri sendiri dan orang lain), mengembangkan agama dan mengabadikan Islam (dakwah). Diniatkan juga untuk mensyukuri atas kenikmatan akal dan kesehatan badan, hendaklah tidak niat mencari popularitas, tidak untuk mencari harta dunia, juga tidak untuk mencari kehormatan di mata penguasa dan semacamnya.
C.     Lezatnya Ilmu
Barangsiapa telah menemukan lezatnya ilmu dan pengamalannya maka kecil sekali kesukaannya terhadap apa yang ada di tangan sesama manusia. Kecuali jika mencari posisi dilakukan untuk amar ma’ruf nahi munkar, memperjuangkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan, bukan untuk kepentingan hawa nafsu diri sendiri.
D.    Pantangan orang berilmu
Orang berilmu hendaklah tidak mencemarkan dirinya sendiri dengan bersikap tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya, dan hendaknya pula menjaga diri dari hal-hal yang menghinakan ilmu dan orang alim/ ahli ilmu.
Hendaklah bersikap tawadhu yaitu sikap tengah antara angkuh dan hina, dan sikap perwira.

Pasal 3
Memilih ilmu, Guru, Teman, dan tentang ketabahan
A.    Memilih ilmu
Penuntut ilmu hendaklah memilih yang terbagus dari setiap bidang ilmu, memilih ilmu apa yang diperlukan dalam urusanagama di saat ini, dan kemudian apa yang diperlukan di waktu nanti. Hendaklah memprioriatskan ilmu tauhid, lalu fiqih. Hindari perdebatan setelah ulama besar sudah tiada. Tekunilah ilmu-ilmu yang dari Rasululloh, sahabat, tabiin, tabiut tabiin. Dan janganlah mempelajari ilmu yang kemudian hanya menimbulkan perdebatan dan peramalan nasib.
B.     Memilih guru
Dalam memilih guru, hendaklah memilih siapa yang lebih alim, lebih waro’, dan lebih berusia. Luhur, santun, penyabar, dan ketika kita belajar akan membuat kita berkembang. Perlu dipertimbangkan terlebih dahulu dalam memilih.
C.     Musyawarah
Dalam menuntut ilmu pun perlu dimusyawarahkan, karena ini merupakan anjuran bahkan yang senantiasa dilakukan Rasululloh. Disini bermusyawarah dalam memilih guru, jangan sampai langsung memilih namun baru beberapa hari sudah ingin pergi karena tidak cocok lalu meninggalkan, itu tidak akan berkah.
D.    Sabar dan tabah dalam belajar
Sabar dan tabah adalah pangkal yang besar untuk segala urusan, tetapi jarang yang melakukan, pelajar sebaiknya tabah dan sabar dalam berguru, dalam mempelajari kitab jangan ditinggalkan terbengkelai, dalam suatu bidang studi jangan berpindah ke bidang lain sebelum yang pertamasempurna dipelajari, dan dalam hal daerah belajar jangan berpindah ke daerah lain kecuali terpaksa, karena semua itu dapat mengacaukan urusan, mengganggu pikiran, membuang-buang waktu dan menyakiti sang guru. Tabah dalam melawan kehendak nafsu, dan bersabar menhadapi segala ujian dan bencana.
E.     Memilih teman
Memilih teman belajar hendaklah memilih orang yang tekun, waro, jujur, mudah memahami masalah, hendaklah menjauh dari pemalas, pengangguran, cerewet, suka mengacau, dan gemar memfitnah. karena teman inilah yang akan saling memberi pengaruh terhadap kita. Seperti sabda rasul, “semua bayi dilahirkan dalam fitrah (kesucian) Islam, hanya saja kedua orang tuanya menjadikan dia yahudi, nasrani ataupun majusi”.

Pasal 4
Penghormatan terhadap ilmu dan ulama
A.    Menghargai ilmu
Pelajar tidak bakal mendapat ilmu dan tidak juga memetik manfaat ilmu selain dengan menghargai ilmu dan menghormati ahli ilmu (ulama), menghormat guru dan memuliakannya.
B.     Menghormati guru
Salah satu cara memuliakan ilmu adalah memuliakan guru. Diantara perbuatan menghormati guru ialah tidak melintas di hadapannya, tidak menduduki tempat duduknya, tidak memulai berbicara kecuali atas izinnya, tidak banyak bicara disebelahnya dan tidak menanyakan sesuatu yang membosankannya, hendaklah pula mengambil waktu yang tepat dan jangan pernah mengetuk pintu tetapi bersabarlah sampai beliau keluar.
Intinya mencari ridho gurunya, menghindari kemarahannya, menjunjung tinggi perintahnya, selama tidak melanggar ajaran agama. Termasuk juga menghormati anak-anaknya, keluarganya dan siapapun yang berkaitan dengannya.
C.     Memuliakan kitab
Salah satu wujud menghargai ilmu juga dengan memuliakan kitab, karena itu dianjurkan bagi penuntut ilmu agar tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci. Diceritakan di kitab ini bahwa ulama-ulama dahulu sangat menghargai kitabnya. Hingga saat sakitpun, dikisahkan sakit perut hingga wudhu berulang-ulang sampai 17 kali.
Diantara penhormatan terhadap kitab ialah jangan menjulurkan kaki ke arah kitab, hendaklah meletakkan kitab tafsir di atas kitab yang lain dengan niat memuliakan, dan tidak meletakkan barang apapun diatas kitab. Jangan mencorat-coret, jangan pula membuat catatan-catatan yang mengaburkan kitab, kecuali terpaksa. Dalam menulis pun jangan dibuat kacau, karena akan menyesal pasa suatu saat ketika membutuhkan apalagi ketika indera penglihatan sudah muali rabun dan sebagainya.
D.    Menghormati teman
Salah satu cara menghormati ilmu adalah menghormati teman belajar dan guru yang mengajar. Sehingga salinglah berkasih sayang agar mendapat pengetahuan dari mereka.
E.     Sikap khidmat
Dianjurkan kepada penuntut ilmu agar memperhatikan seluruh ilmu dan hikmah dengan penuh ta’dhim serta hormat, meskipun telah seribu kali ia mendengar keterangan dan hikmah yang itu-itu juga.
F.      Pemilihan bidang studi
Dianjurkan kepada penuntut ilmu agar tidak memilih sendiri bidang studinya, tetapi menyerahkan hal itu sepenuhnya kepada guru, karena guru telah sering melakukan uji coba sehingga lebih tahu tentang apa yang terbagus untuk seseorang dan sesuai dengan bakatnya. Kisah yang termahsyur ialah kisah dari Al Bukhari (periwayat hadist terbesar) yang awalnya belajar tentang ilmu sholat namun diarahkan gurunya untuk belajar hadist.
G.    Posisi tempat duduk
Dianjurkan kepada pnuntut ilmu agar di waktu belajar jangan duduk terlalu dekat dengan guru, kecuali keadaan terpaksa, tetapi hendaklah mengambil jarak antara keduanya sejauh busur panah, karena posisi demikian itu lebih menghormati.
H.    Menghindari akhlak tercela
Dianjurkan kepada pencari ilmu hendaklah menghindari akhlak yang tercela, karena hal itu ibarat anjing, padahal Nabi bersabda, malaikat tidak akan memasuki ruma yang disitu terdapat patung atau anjing”, sedang manusia nelajar dengan perantaraan malaikat.
Khususnya yang harus diantisipasi adalah sikap sombong karena dengan sombong itu maka tidak bakal diperoleh ilmu.

Pasal 5
Ketekunan, kontinuitas, dan minat
A.    Kesungguhan hati
Penuntut ilmu harus bersungguh-sungguh agar berhasil dan mencapai tujuan, “seperti firman Alloh “Dan mereka yang berjuang untuk mencari keridhoan Kami niscaya akan Kami tunjukkan mereka kepada jalan kami. Sejauh mana kepayanmu, sekian pula tercapai harapanmu. Meski harus berjaga ketika di malam hari hanya untuk senantiasa belajar.
B.     Kontinuitas belajar
Tidak bisa tidak, pelajar hendaklah secara kontinu belajar dan mengulangi pelajaran yang telah lewat di awal dan di akhir waktu malam, karena antara maghrib dengan isya dan waktu sahur (menjelang subuh) adalah saat-saat yang diberkahi Alloh.
C.     Menyantuni diri sendiri
Meski seperti diatas, namun tetap tidak memforsir diri, tidak membuat diri lunglai sampai tidak kuat berbuat sesuatu, tetapi hendaklah tetap menyayangi diri sendiri. Sebagaimana nabi bersabda, “sadarlah, bahwa islam ini agama yang kokoh, maka perlakukanlah dirimu dengan santun dan jangan kamu perbuat ibadah kepada Alloh untuk menyengsarakan dirimu, karena orang yang munbit (loyo dan ditinggal kendaraan) itu tidak sanggup lagi menerjang bumi dan tiada pula kendaraannya. “dirimu adalah kendaraanmu, maka perlakukanlah dengan santun”.
D.    Cita-cita luhur
Penun tut ilmu harus bercita-cita tinggi dalam berilmu. Cita-cita akan terwujud seukur greget obsesinya. Pangkal sukses adalah kesungguhan dan cita-cita yang tinggi. Dan sebaliknya, ilmu yang diperoleh pun akan sedikit.
Selain itu, jangan sampai penuntut ilmu ini bersikap malas-malasan. Karena meski bodoh, tapi berkat kontinuitas belajar, maka bodoh itu akan terkurangi dan hilang.
E.     Kemutlakan ilmu
Hendaklah penuntut ilmu memaksimalkan usaha menuju sukses, serius, terus menerus, dengan menghayati keunggulan ilmu.
Ilmu yang bermanfaat akan senantiasa hidup, mungkin orangnya sudah tidak ada secara fisik, namun nama dan ilmunya masih akan senantiasa dikenang dan dipelajari.
F.      Penyebab kemalasan
Malas terkadang timbul akibat terlalu banyak lendir dahak dan cairan lain dalam tubuh, cara meminimalisir dengan mengurangi makan. Atau dahak ini disebabkan banyak inum, dan banyak inum disebabkan oleh banyak makan. Intinya jangan sampai kita terlalu banyak makan dan minum yang membuat kita menjadi malas. Disunnahkan untuk bersiwak.
G.    Cara mengurangi makan
Cara mengurangi makan adalah menghayati berbagai manfaat yang timbul dari minimalisir makan, antara lain kesehatan, terhindar dari yang haram, dan care/ menjaga terhadap nasib orang lain. Menghayati mudharat yang ditimbulkan ketika banyak makan, seperti timbulnya penyakit dan bebal juga menghabiskan harta. Cara lain untuk meminimalisir: menyantap makanan yang berlemak, mendahulukan makanan yang halus lagi siukai, jangan makan bersama orang lagi kelaparan, kecuali untuk tujuan yang baik.
Pasal 6
Permulaan belajar, kapasitas, dan tatib belajar
A.    Hari permulaan belajar
Rasululloh bersabda, “tiada suatupun yang dimulai pada hari rabu kecuali sungguh sempurna”. Sehingga mulailah dari hari rabu (sebagai permulaan) karena hari rabu Alloh menciptakan cahayadan hari itu pula merupakan hari sial bagi orang kafi, maka berarti berkah bagi orang mukmin.
B.     Kuantitas pelajaran
Untuk murid pemula adalah sepanjang yang bisa ia hafal dengan mengulang dua kali, dilanjut sedikit demi sedikit setiap hari, lambat laun akan banyak.
C.     Kualitas pelajaran
Dimulai dari pelajaran yang mudah dipahami, diawali dari kitab-kitab kecil/ ringkasan dari kitab besar agar tidak menjemukan dan lebih mudah untuk dihafal.
D.    Membuat catatan
Dianjurkan agar mencatat pelajarannya setelah hafal dan sering diulang karena pada suatu saat nanti akan berguna, hendaklah jangan menulis sesuatu yang dia sendiri tidak paham, karena dapat menumpulkan tabiat, menghilangkan kecerdasan dan membuang-buang waktu.
E.     Memahami pelajaran
Serius dalam memahami pelajaran langsung dari guru, atatu dengan cara meresapi, memikirkan dan banyak-banyak mengulang pelajaran, karena jika pelajaran baru itu sedikit dan sering diulang-ulang sendiri maka akhirnya dapat mengerti dan paham.
F.      Berdoa
Selalu berdoa kepada dan merendah Alloh. Karena Alloh mengabulkan doa yang dipanjatkan dan tidak mengecewakan orang yang berharap kepada Nya.
G.    Diskusi ilmiah
Pelajar harus melakukan diskusi dalam bentuk mudzakarah (tukar pendapat untuk saling melengkapi pengetahuan masing-masing), munadhoroh (saling mengkritisi pendapat masing-masing), dan muthorohah (adu pendapat untuk diuji dan dicari mana yang benar). Dianjurkan agar dilakukan atas dasar keinsafan, tangan penuh penghayatan, dan menjauhi sikap emosional. Musyawarah ini untuk menemukan kebenaran. Jika diskusi hanya untuk sekedar menundukkan lawan dan menaklukannya maka tidak diperbolehkan, hal yang boleh dilakukan adalah dalam rangka nemnemukan kebenaran.
Diskusi akan lebih baik setelah dilakukan menghafal karena akan menambah nilai lebih.
H.    Pendalaman ilmu
Dianjurkan untuk selalu melakukan penghayatan ilmiah secara mendalam pada setiap kesempatan dan biasakanlah, karena detail-detail ilmu akan diketahui dengan cara pendalaman.
Pendalaman juga harus dimulai sebelum berbicara agar mendapat kebenaran. Pelajar hendaklah mengambil pelajaran pada setiap waktu dan dalam keadaan apapun, karena hikmah adalah barang yang hilang dari seorang mukmin, maka silakan diambil dimanapun.
Bahkan ilmu dianjurkan untuk sering diulang-ulang, saling diskusi dan siajarkan ,meski sambil beraktivitas atau bekerja.
I.        Pembiayaan ilmu
Apabila pelajar harus juga harus bekerja untuk menfkahi keluarga, maka dipersilahkan sambil belajar dan berdiskusi semaksimal mungkin. Orang yang sehat badan dan akal tidak ada alasan untk tidak belajar ilmu dan fiqih karena ulama dulu yang tidak punya hartapun tidak pernah lupa untuk belajar fiqih. Namun ketika punya harta banyak, maka ia sangat beruntung, ketika ia mampu menggunakannya untuk menjadi sarana ilmu atau untuk menuntut ilmu karena bagian dari bersyukur atas nikmat akal dan ilmu.
J.       Bersyukur
Imam Abu Hanifah setiap setelah belajar maka akan bersyukur, karena itu ilmunya senantiasa bertambah. Maka sudha seharusnya pelajar senantiasa bersyukur baik lisan, hati, perbuatan dan hartanya serta menyadari bahwa kepahaman, ilmu, dan taufiq itu semuanya datang dari Alloh SWT. Berdoa memohon hidayah kepada Nya. Jangan membanggakan logika dan akal, mencari kebenaran hanya dengan ini saja. Karena akal terbatas sehingga ketika sudah melampaui bisa sesat dan menyesatkan. Sehingga jangan hanya mengandalkan akl dan dirinya sendiri, bertawakkalah kepada Nya sehingga Alloh akan mencukupi dan membimbing menuju jalan yang lurus.
K.    Pengorbanan demi ilmu
Janganlah menjadi orang kikir, gunakan nharta untuk kepentingan agama, ulama, membeli kitab, dan mengupah penulis, demi kemudahan belajar ilmu dan fiqih. Bahkan dahulu banyak yang lebih mengutamakan harta ini menjadi sarana untuk membuka ilmu dibanding untuk hidup bermewah.
L.     Tamak
Pelajar harus memiliki etos yang tinggi, tidak tamak mengharap harta orang lain. Juga jangan kikir atas harta yang dimiliki, belanjakanlah untuk keperluan diri dan orang lain.
Pelajar dahulu latihan bekerja kemudian belajar ilmu, sehingga tidak pernah tamak terhadap harta orang. Jangan sampai orang alim tamak, karena menghilangkan kebesaran ilmunya dan tidak berani bicara benar.
M.   Lillahi ta’ala
Pelajar jangan berharap kepada selain Alloh, jangan pula merasa takut kecuali kepada Nya, sikap ini dapat diukurdengan seberapa ia berani menyimpang dari balas agama atau sama sekali tidak berani.
N.    Methode menghafal
Pelajar mnuntut target yang pas untuk hafalannya sendiri. Dianjurkan untuk mengulang hafalan kemarin lima kali, lusa empat kali, kemarin lusa tiga kali, sebelumnya lagi dua kali, dan sebelumnya lagi sekali, terus seperti itu sehingga lebih mudah. Hendaknya tidak membiasakan lirih/ membisik dalam menghafal, namun kencangkan dengan penuh semangat tapi tetap memperhatikan agar tidak terlalu lantang dan membuat kepayahan, harus pertengahan.
O.    Masa tenggang
Pelajar jangan sampai fakum/jeda/terhenti/labil dan bingung karena itu gangguan. Harus segera perpindah dan bergerak agar tidak mandeg, sehingga ilmu tidak hilang.
P.      Tips belajar
Hendaknya agar pelajar fiqh hafal diluar kepala salah satu kitab fiqih, dengan begitu menjadi lebih mudah menghafal ilmu fiwih yang baru didengar.
Pasal 7
Tawakkal
A.    Pengaruh rizki
Pelajar harus bersikap tawakkal dalam menuntut ilmu, jangan menghiraukan urusan riski dan jangan mengotori hati dengan hal tersebut. Barang siapa mempelajari agama Alloh maka dia mencukupi kebutuhannya, dan memberinya rizki dari hal yang tidak pernah diduga. Karena ketika sudah memikirkan hal ini, maka jarang sekali yang bisa mencapai akhlak karimah dan obsesi yang mulia. Maka dianjurkan agar mampu menundukkan nafsunya dengan cara banyak-banyak beramal sholeh.
B.     Pengaruh urusan duniawi
Janagn sampai pelajar disibukkan urusan duniawi, karena akan menyebabkan gelisah, bahkan gelisah ini tidak bisa menolak musibah, tidak bermanfaat, membahayakan hati, akal dan badan, dan merusak amal kebajikan. Hendaklah memperhatikan urusan akhirat, karena ini lebih bermanfaat, di buku ini juga berpesan, bahwa mencari maisyah ini perlu namun jangan sampai melupakan kewajiban dalam mencari ilmu ini.
C.     Hidup prihatin
Pelajar harus sanggup bersusah payah, belajar tidak pernah lepas dari kesulitan, belajar itu pekerjaan agung. Tentu pahala akan disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi. Barang siapa bersabar dan tabah dalam menghadapi kesulitan tersebut, maka mendapati kelezatan ilmu melebihi lezatnya dunia.
D.    Ilmu minded
Penuntut ilmu tidak boleh terpedaya dengan sesuatu selain ilmu, dan tidak berpaling dari fiqih. Dianjurkan kepada ahli fiqih untuk selalu menekuni ilmunya itu sepanjang waktu, di situlah dia akan menemukan kelezatan yang agung.
Pasal 8
Waktu keberhasilan
Waktu belajar adalah semenjak ayunan/ buaian sampai masuk kuburan.  Waktu yang paling cemerlang adalah permulaan masa remaja, waktu sahur, dan waktu diantara maghrib dan isya. Namun tetap dianjurkan memanfaatkan semua waktu yang ada, dan bila telah jenuh terhadap suatu ilmu maka beralih ke bidang studi lain.
Pasal 9
Kasih sayang dan nasehat
A.    Kasih sayang
Dianjurkan kepada orang alim hendaklah bersikap penyayang, suka menasehati dan tidak dengki, karena sifat ini berbahaya dan tidak bermanfaat. Dikisahkan dulu para ulama mengajar berbagai orang dari segala penjuru, bahkan mengawalinya, namun tidak pernah meninggalkan anak-anaknya juga untuk belajar, bahkan diberi waktu yang tidak biasa dalam belajar, namun malah menjadi ulama besar.
B.     Menghadapi kedengkian
Hendaklah orang alim tidak bertikai dan memusuhi orang lain, karena hal itu hanya akan menghabiskan waktu sia-sia. Memangb bahwa kebaikan akn dibalas dengan kebaikan, keburukan dibalas keburukan. Namun hendaknya sebagai orang alim, akan lebih baik untuk meningkatkan ilmunya, tidak usah mempedulikan orang yang dengki atau memusuhinya, terus tingkatkan mashlahat diri, maka disitulah kekalahan mereka.
C.     Berfikir positif
Hindarilah berburuk sangka kepada sesama mukmin, karena ini seumber permusuhan, buruk sangka ini tidak boleh.  Karena ini timbul dari niat yang jelek dan hati yang kotor.
Pasal 10
Istifadah (mengambil faedah atau mengambil manfaat
A.    Saat mengambil pelajaran
Dianjurkan kepada penuntut ilmu agar beristifadah sepanjang waktu sehingga mencapai keunggulan dan sukses ilmunya. Metodenya ialah dengan membawa ballpoint untuk mencatat segala ilmu pengetahuan. Karena hafalan dapat lari, namun tidak dengan tulisan. Seperti apa yang pernah rasululloh sampaikan kepada Hilal ketika Hilal meminta untuk diulang, namun rasululloh menjawab kenapa tidak membawa ballpoitn, padahal sampai hari kiamat kebaikan selalu terletak pada ballpoint dan orang yang membawanya.
B.     Pelajaran dari sesepuh
Dianjurkan kepada pelajar hendaknya memanfaatkan para sesepuh dan memetik pelajarandari mereka, tidak setiap yang telah berlalu dapat diperoleh kembali.
C.     Rendah diri
Pelajar harus sanggup menanggung derita dan hina dalam menuntut ilmu, berkasih mesra itu dilarang kecuali dalam rangka menuntut ilmu, karen itu murid dianjurkan berkasih sayang dengan guru, teman-teman sebangku pelajaran dan para ulama agar mudah memetik pengetahuan dari mereka.
Pasal 11
Waro’ ketika belajar
A.    Arti waro’
Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa tidak berbuat waro’ ketika belajar, maka Alloh akan memberinya cobaan salah satu dari tiga macam: dimatikan dalam usia muda, ditempatkan di tengah komunitas orang bodoh atau dijadikan abdi penguasa.
Tetapi jika waro, maka ilmunya bermanfaat dan berkah.
Termasuk perbuatan waro’ adalah menghindari perut kenyang, menghindari terlalu banyak tidur, dan menghindari banyak ngorbrol yang tidak berguna. Jauhi orang yang pemalas, anarki, karena pergaulan itu membawa pengaruh.
B.     Menghadap kiblat
Hendaklah duduk menghadap kiblat sewaktu belajar, mengikuti sunnah Nabi SAW, memohon doanya para ulama ahli kebajikan, dan menghindari doanya orang-orang yang teraniaya, semua itu termasuk perbuatan waro’.
C.     Paranata spiritual dan sunnah
Para penuntut ilmu juga jangan sampai mengabaikan adab dan perbuatan sunnah, karena siapa mengabaikan adab, akan tertutup dari sunnah, siapa mengabaikan sunnah akan tertutup dari fardhu, dan siapa mengabaikan fardhu, maka tertutup dari akhirat. Dianjurkan untuk banyak-banyak melakukan sholat sunah, melaksanakan sholat dengan khusyu, karena ini dapat mendorong kesuksesan dan memudahkan belajar. Senantiasa membawa buku/ kitab, juga ballpoint kemanapun.
Pasal 12
Penyebab hafal dan penyebab lupa
A.    Faktor penguat hafalan
Penyebab paling kuat adalah kesungguhan, kontinuitas, minimalisasi makan dan perbanyak sholat malam. Juga dengan membaca al quran menjadi salah satu penyebab mudahnya hafal apalagi membaca Alquran dengan menyimak. Selain itu juga, membaca doa sebelum mengambil kitab, “bismillahi wasubhanallohi walkhamdulillahi walaa ila ha illallohuwallohuakbar, wa laa quwwata illa billahlm’aliyil ‘adziimil ‘aziizil ‘aliim. Membaca doa setiap habis sholat fardhu, “aaamantu billahil wawakhidil akhadil khaq, wakhdahulaa syarikalah, wakafartu bimaa siwaah”.
Dan juga banyak membaca sholawat nabi karena nabi Muhammad adalah rahmat bagi seluruh alam. Bersiwak, minum madu, makan kandar (kemenyan putih) dicampur gula dan menelan kismis merah 211 butir setiap hari kesemuanya dapat membuat mudah hafal dan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Semua makanan dan minuman yang dapat mengurangi pelendiran dahak dan ciran-cairan yang tidak diperlukan dalam tubuh mendukung kuatnya hafalan.
B.     Penyebab lupa
Adapun penyebab mudah lupa adalah maksiat, banyak berbuat dosa, keinginan dan kegelisahan duniawi, serta terlalu banyak kesibukan dan urusan duniawi.
Keinginan dunia mengakibatkan gelapnya hati dan sebaliknya, yang semua itu akan terasa pengaruhnya dalam sholat, dengan kata lain keinginan duniawi akan menghambat kebaikan sedang keinginan akhirat akan mendorong kebaikan.
Untuk menghilangkan kegelisahan bia dengan hanyut dalam sholat yang khusyu’, memohon inayah kepada Alloh. Bahkan jangan sampai ketika menimba ilmu tergoda oleh hiasan dunia yang bukan pada waktunya.
Pasal 13
Sumber dan penghambat rizki, penambah dan pemotong usia
Perlu diketahui hal-hal yang dapat meningkatkan rizky, menyebabkan umur panjang, dan badan sehat, agar dapat memusatkan perhatian untuk belajar.
A.    Sumber dan penghambat rizki
Rasulullah bersabda,  “tidak dapat merubah tqdir selain doa, tidak dapat menambah umur selain berbuat bakti, dan sesungguhnya seseorang menjadi tertutup rizkinya karena dosa yang ia lakukan” disini terlihat bahwa perbuatan dosa dapat menutup rizky, misal dusta, dsb. Juga tidur di waktu shubuh dapat menolak rizky, dan terlalu banyak tidur membuat fakir harta dan ilmu.
Tidur telanjang, kencing telanjang, makan dalam keadaan junub, makan sambil tiduran, membiarkan sisa-sisa makanan berserakan, membakar kulit bawang merah dan bawang putih, menyapu lantai dengan kain, menyapu rumah di malam hari, membiarkan sampah mengotori rumah, lewat di depan orang tua namun tidak sopan, memanggil orang tua dengan namanya, bertusuk gigi dengan benda kasar, memncuci tangan dengan lumpur atau debu, duduk di beranda pintu, bersandar pada kaki gawang pintu, berwudu di tempat kloset, menjahit pakaian yang sedang dipakai, menyeka wajah dengan kain, membiarkan sarang laba-laba berada di rumah, meremehkan sholat, bergegas keluar masjid setelah sholat shubuh, terlalu pagi berangkat ke pasar, terlamba pulang dari pasar, membeli rontokan makanan dari orang fakir pengemis, mendoakan buruk pada anak, membiarkan wadah tanpa ditutup, dan meniup untuk mematikan lampu. Semua itu berakibat terjadi kefakiran, seperti disebutkan oleh atsar.
Menulis dengan pena rusak, menyisir rambut dengan sisir rusak, tidak mau mendoakan bagus untuk orang tua, memakai surban sambil duduk, memakai celana sambil berdiri, kikir, terlalu hemat, ber;lebih-lebihan dalam hidup, suka menunda pekerjaan, dan meremehkan urusan, semua itu juga menyebabkan kefakiran.
Rizki juga akan ditambah manakalah kita bersedekah. Bangun pagi-pagi juga menambah. Kaligrafi indah, air muak simpatik, tutur kata yang manis menambah datangnya rizki.
Penyebab kuat memperoleh rizki ialah mengerjakan sholat dengan ta’dzim dan khusyu serta menyempurnakan semua rukun, wajib, shunah, dan adabnya juga mengerjakan sholat duha, membaca surat al waqiah khususnya sewaktu orang tidur dimalam hari, membaca Al Mulk, Al Muzzamil, Al lail, dan Al Insyiroh, datang di masjid sebelum adzan diserukan, selalu dalam keadaaan suci, melakukan sholat sunah fajar, dan witir di rumah, kemudian jangan bicara urusan duniawi setelah sholat witir.
Penyebabnya lain yaitu jangan terlalu banyak bergaul dengan perempuan kecuali ada keperluan penting, dan jangan ngobrol yang tidak bermanfaat untuk agama dan dunia.
Wirid yang menambah rizki juga dibaca pagi dan sore (ada dalam al matsurat),
Setiap shubuh wirid atau membaca hamdalaj, subhanallah, laailahaailalloh, masing-masing 33 kali juga setelah sholat maghrib, membaca istighfar 70 kali setelah sholat shubuh, membaca laa haula.... sebanyak-banyaknya. Membaca doa-doa yang disunahkan, mebaca alquran yang kemudian membawa fadhilah amal, dan sebagainya.
B.     Penambah usia
Diantara penyebab panjang umur adalah berbakti, tidak suka mengganggu orang, menghormati sesepuh dan bersilaturahim.hendaklah membaca tasbih di pagi dan sore hari. Hendaklah hindari menebang pohon hidup kecuali terpaksa, menyempurnakan wudhu, sholat dengan penuh ta’dzim, mebaca alquran diantara ibadah haji dengan umroh, dan menjaga kesehatan diri.
C.     Kesehatan badan
Harus juga mempelajari ilmu kesehatan seperlunya dan mengambil berkah/ atsar (warisan leluhur) mengenai kesehatan atau pengobatan. Seperti kitab thibunnabawi dsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar