Assalamu'alaikum wahai saudaraku,
Bismillah...
Apa
yang saya tulis ini semoga bermanfaat, mampu menggugah orang yang
selalu mengkotak-kotakkan agama dan politik, mampu menggugah orang yang
senatiasa memikirkan masalah masyarakat dalam cakupan wilayahnya saja,
orang yang beragama islam namun menganggap islam tidak sempurna.
yang
saya tulis ini tentu akan menggali secercik fikiran kita agak dalam,
bukankah dalam Al-Qur'an betapa banyaknya ayat yang menunjukkan agar
seorang mukmin untuk berfikir? afalaa tatafakkaruun... dan saya yakin
persepsi dan pandangan maupun paham akan beradu setelah membaca tulisan
ini. namun saya tidak memaksakan kehendak atas apa yang ingin saya
sampaikan.
Wahai saudaraku,
Konsep
Islam yang sempurna, saya yakin kita mengakuinya dalam segala aspek.
namun kenapa ada persepsi dari sebagian masyarakat kita antara agama dan
politik itu berbeda, bahkan berjauhan atau bertentangan?
bicara
sikap Islam dan nasionalisme, Sungguh bahwa Nasionalisme Islam adalah
nasionalisme yang paling luas batasnya, yang paling integral
eksistensinya, dan paling abadi (Hasan Al-Banna).
Bukan hanya
sekat cinta tanah air terhadap bangsa saja, namun lebih luas lagi dan
tentunya berpusat pada aqidah atau rasa seiman.
Saya yakin
sebagian besar orang ketika bicara Nasionalisme hanya sekedar mengekor
teori barat saja, dimana hanya berkutat pada persoalan bangsanya sendiri
tanpa memikirkan sesama umat muslim di luar sana.
Bukankah teori
nasionalis barat ini yang menghancurkan Khilafah terakhir? ya, karena
Nasionalis yang mereka pahami adalah nasionalisme yang sekuler, yang
memisahkan antara agama dan negara, sehingga peradaban yang sebesar itu
bisa terpecah-pecah menuntut kemerdekannya sendiri-sendiri hanya karena
keturunan, perbedaan, kekuasaan, dan hawa nafsunya sendiri. Bukankah ini
Nasionalisme yang kiri?
Namun coba kita pahami dari sisi
Imam Syahid Hasan Al-Banna, ketika kita memahami bahwa bukan hanya
sekedar wilayah, nasab, bangsa batasannya, namun jauh dari itu, ialah
aqidah. bukankah sangat indah?
Lalu bagaimana dengan hari ini?
dimana umat Islam belum memiliki kepemimpinan umat (khilafah), apalagi
dengan era demokrasi sekarang ini?
Wahai Saudaraku,
Saat
ini bukanlah untuk bicara Ashobiyah/fanatik baik golongan atau lainnya,
bukan saatnya berdebat kusir antar lembaga pergerakan, namun saya yakin
kita punya tujuan sama, tentunya hidup dengan berdasar aturan Alloh
semata dengan adanya kepemimpinan umat. coba tengok lingkup bangsa kita
ini.
coba renungkan, kalau seandainya saja tidak ada orang yang
sholeh mau masuk ke dalam parlemen (yang notebennya demokrasi) untuk
mencerahkan, mengamankan kebijakan, membuat aturan sesuai kontek Islam
walau masih secara eksplisit, kira-kira sampai kapan kah itu akan
terwujud? Sementara aspek politi ialah aspek yang menguasai hajat hidup
orang banyak.
apakah kalian setuju ketika kepemimpinan diambil
bukan dari orang-orang Islam dan ternyata banyak mudharatnya, banyak
aturan-aturan yang tidak pro rakyat dan tidak sesuai dengan prinsip
agama ini? saya yakin sebagai umat Islam pasti tidak setuju walau
cakupan kita masih bangsa Indonesia,
Apakah kita hanya berdiam saja tanpa ikut memperbaiki ini?
Apakah pembinaan hanya bisa dilakukan dari sisi horisontal saja tanpa ada yang masuk ke dalam ranah vertikal?
Apakah
masyarakat akan setuju ketika tiba-tiba diserukan akan kepemimpinan
umat ini tanpa adanya kesadaran sebagaian besar masyarakat terlebih
dahulu padahal masyarakat kita masih majemuk?
Apakah itu tidak memaksakan ketika kita berfikir secara logis?
Kita bicara waktu akh.. Jalan ini jauh, panjang, ke depan.........
Apakah kita hanya ingin sebagai penonton sampai umur kita habis?
namun
buka lah pikiran kita semua, bahwa ada dua persepsi nasionalisme yang
saya maksud disini. anggap saja nasionalisme kanan dan nasionalisme
kiri.
Wallahu'alam bis shawab..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar