Rabu, 23 Desember 2015

Teladan Kita



Sudahkah engkau merenungi akan apa yang telah Alloh berikan kepadamu?
Sudahkah engkau memaksimalkan potensi mu itu?
Sudahkah engkah terfikir akan amanah yang telah tersemat di pundakmu wahai pemuda?

Masih tersimpan dengan jelas sebuah kisah Sang Teladan kita, sebuah epik yang indah menyejarah, mampu menggugah setiap hati yang melihatnya dengan objektif untuk menuju keimanan dan perubahan besar dalam hidupnya, sebuah kisah klasik yang seharusnya setiap manusia di hari ini tahu betapa besarnya amanah yang ia emban.
Marilah sejenak kita melihat kembali peristiwa itu, ya Thaif...
            Sejenak kita hayati tulisan Syekh Ramadhan Al Buthi dalam sirahnya..
Setelah merasakan berbagai siksaan dan penderitaan yang dilancarkan kaum Quraisy , Rasulullah saw berangkat ke Thaif mencari perlindungan dan dukungan dari bani Tsaqif dan berharap agar mereka dapat menerima ajaran yang dibawanya dari Allah.
Setibanya di Thaif , beliau menuju tempat para pemuka bani Tsaqif , sebagai orang- orang yang berkuasa di daerah tersebut. Beliau berbicara tentang Islam dan mengajak mereka supaya beriman kepada Allah. Tetapi ajakan beliau terebut ditolak mentah-mentah dan dijawab secara kasar. Kemudian Rasulullah saw bangkit dan meninggalkan mereka, seraya mengharap supaya  mereka  menyembunyikan  berita  kedatangannya  ini  dari  kaum  Quraisy  ,  tetapi merekapun menolaknya.
Mereka lalu mengerahkan kaum penjahat dan para budak untuk mencerca dan melemparinya dengan batu, sehingga mengakibatkan cidera pada kedua kaki Rasulullah saw . Zaid bin Haritsah, berusaha keras melindungi beliau, tetapi kewalahan, sehingga ia sendiri terluka pada kepalanya.
Setelah Rasulullah saw sampai di kebun milik Utbah bin Rabiah kaum penjahat dan para budak yang mengejarnya berhenti dan kembali. Tetapi tanpa diketahui ternyata beliau sedang diperhatikan oleh dua orang anak Rabiah yang sedang berada di dalam kebun. Setelah merasa tenang di bawah naungan pohon anggur itu, Rasulullah saw mengangkat kepalanya seraya mengucapkan doa berikut :
Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih ladi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siaa diriku hendak Engkau serahkan ? Kepada orang jauh ynag berwajah suram terhadapku, atau kah kepada musuh yang akan menguasai diriku? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan , karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku.  Aku  berlindung  pada  sinar  cahaya  wajah-Mu ,  yang  menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.
Berkat doa Rasulullah saw itu tergeraklah rasa iba di dalam hati kedua anak lelaki Rabiah yang memiliki kebun itu. Mereka memanggil pelayannya seorang Nasrani, bernama Addas,  kemudian  diperintahkan,Ambilkabuaanggur,  daberikan  kepada oranitu!Ketika Addas emletakkan anggur itu di hadapan Rasulullah saw, dan berkata kepadanya,Makanlah! Rasulullah saw mengulurkan tangannya seraya mengucapkan,Bismillah.Kemudian dimakannya.
Mendengar ucapan beliau itu, Addas berkata,Demi Allah, kata-kata itu tidap pernah diucapkan oleh penduduk daerah ini. Rasulullah saw bertanya, Kamu dari daerah mana dan apa agamamu? Addas menjawab, Saya seorang Nasrani dari daerah Ninawa ( sebuah desa di Maushil sekarang). Rasulullah saw bertanya lagi, Apakah kamu dari negeri seorang saleh yang bernama Yunus anak Matius ?Rasulullah saw menerangkan Yunus bin Matius adalah saudaraku. Ia seorang Nabi dan aku pun seorang Nabi. Seketika itu juga Addas berlutut di hadapan Rasulullah saw, lalu mencium kepala, kedua tangan dan kedua kaki beliau.
Ibnu Ishaq berkata: Setelah itu Rasulullah saw meninggalkan Thaif dan kembali ke Mekkah sampai di Nikhlah Rasulullah saw bangun pada tengah malam melaksanakan shalat. Ketika itulah beberapa makhluk  yang  disebutkan oleh Allah lewat  dan mendengar bacaan Rasulullah  saw.  Begitu  Rasulullah  saw  selesai  shalat,  mereka  bergegas  kembali  kepada kaumnya seraya memerintahkan agar  beriman dan menyambut  apa yang baru saja mereka dengar.

Kemduian Rasulullah saw bersama Zaid berangkat menuju ke Mekkah. Ketika itu Zaid bin Haritsa bertanya kepada Rasulullah saw ,Bagaimana engkau hendak pulang ke Mekkah, sedangkan penduduknya telah emngusir engkau dari sana? Beliau menjawab , Hai Zaid, sesungguhnya Allah akan menolong agama-Nya dan membela Nabi-Nya. Lalu Nabi saw mengutus seorang lelaki dari Khuzaah untuk menemui Mutham bin Adi dan mengabarkan bahwa Rasulullah saw ingin masuk ke Mekkah dengan perlindungan darinya. Keinginan Nabi saw ini   diterima oleh Mutham sehingga akhirnya Rasulullah saw kembali memasuki Mekkah.
Mari sejenak kita merenung, betapa beratnya cobaan yang dihadapi Rasululloh, bagaimana seandainya kita dihadapkan pada hal itu?
Rosululloh merupakan orang yang sudah tercerahkan dengan kenabian, tercurahkan dengan ilmu Alloh, lantas beliau pun menyampaikannya kepada umat dengan cara yang baik meski beliau tahu bahwa batu yang mengahdang akan sangat besar. Namun Beliau tetaplah mau menjalankan tugasnya. Berdakwah dan terus berdakwah. Sabar dan bersiap-siaga. Sabar dan terus bersabar.
Bahkan Roslupun menolak tawaran malaikat penjaga gunung untuk melemparkan gunung ke penduduk Thaif, karena Rasul berharap agar anak-anak penduduk ini pada nantinya akan menjadi muslim yang akan berjuang untuk agamanya.
Jika anak-anak ini adalah kita? Sudahkah kita membahagiakan Rosul?
Jika kita ini umatnya, apakah kita sudah meneladani beliau akan hakikat tugas kita sebagai manusia muslim?
Dan khusus engkau wahai pemuda, apalagi engkau yang menyebut dirinya mahasiswa, tersematkah engkau bendera intelektual? Bendera tercerahkan?
Namun sudahkah tercerahkan oleh Islam sebagai way of life? Apakah engkau tak mau memulai perubahan pada diri sendiri jika engkau ingin merubah orang lain?
Akankah terlalu naif bahwa Islam terasing karena agen ini pun sudah mulai asing dan berkurang?
Akankah engkau sebagai pemuda akan gagap menjawab pertanyaan “untuk apakah masa usia mudamu?” bahkan bukan hanya gagap, tapi malah tak mampu menjawab?
Benarkah engkau sudah sabar untuk melakukan perubahan ini?
Masihkah terfikir bahwa berubah hanya untuk mereka yang mendapat hidayah? Benarkah hidayah itu ditunggu? Sedangkan pintu kebaikan untuk menuju itu terpampang menjadi pilihan di depanmu?
Masih pernah berfikirkah kalau besok usiamu sudah berhenti? Lalu perubahan pun belum sama sekali terwujud pada dirimu?
Masih terfikirkah?
Hingga tidak takutkah ketika diri ini tersemat akan orang-orang yang mati sia-sia hanya karena belum pernah terbesit niat untuk berjihad di jalan Alloh, tentu dengan melakukan perubahan dan perbaikan diri?
Ketika perbaikan diri ini tersemat pada fokusan paling kecil, maka lakukanlah, sebelum mencapai pada tahap perbaikan selanjutnya,
Melihat perjuangan Rasul yang sebegitu dahsyatnya, akankah engkau bersenang-senang di hari ini?

Perbarui dirimu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar