Godaan
Antara ego, prasangka, & firasat
Dalam setiap sub peri kehidupan, akan kita dapati berbagai dugaan-dugaan. Akan hadir pula syak-syak di tiap individu. Pemikiran itu hadir menelorong dua hal, iya atau tidak, negatif atau positif.
Saking condongnya prasangka kepada ketidakbaikan, itulah mengapa Rasulullah Saw memerintahkan untuk menjauhinya. Di dalam prasangka inilah ego kemudian berperan. Apakah ia akan menundukkannya atau malah meneruskannya.
Ego, ialah kunci untuk memahami diri. Tutur Said Nursi. Ia kunci yang memiliki kunci. Kiranya tiap manusia paham dengan hal ini. Kiranya pula ia mampu mengendalikan raja nya raja pada manusia. Ialah Hati.
Ego pada diri manusia terus menggelayuti dalam setiap tindak-tanduknya. Ia akan memilih di antara dua kutub yang berlawanan. Prasangka ikut turut campur menguatkan ke arah keragu-raguan.
Dalam hal ini, ketika seorang individu mempunyai orientasi lurus dalam dakwah. Harusnya ego dan prasangka ke arah yang buruk pada saudara seiman bisa diminimalisir. Terkadang keberpengetahuan kita tidak sebanyak pengetahuan yang ada dalam alam realita sekitar kita. Inilah mengapa firasat itu perlu dihadirkan.
Hati, tegas al-Ghazali, menjadi Raja yang akan mengelola kepribadian insan. Dalam perseturuan dengan saudara seiman dengan beda pendapat tak harus disikapi dengan prasangka buruk dan ego yang menguat untuk menjatuhkan.
Sudah tidak seharusnya, ketika berbeda pendapat lantas ia tak mau turut dalam likuan jalan dakwah. Masih ada ruang-ruang untuk terus berperan meski barangkali berbeda arah haluan dengan tetap satu tujuan. Pun bagi yang kemudian memilih berpisah atau berhenti bukan lantas ia dicaci. Ingat kawan! kita masih bersaudara.
"Hai orang-orang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu... " ; begitu Allah Swt menutup surat ali-Imran. Allah Swt meminta kita untuk bersabar dan menguatkan kesabaran ; semoga kita selalu dikuatkan.
Viki Adi N
Late post
Ditulis pasca pemilihan Ketua KAMMI PD Sleman 2018-2020
Antara ego, prasangka, & firasat
Dalam setiap sub peri kehidupan, akan kita dapati berbagai dugaan-dugaan. Akan hadir pula syak-syak di tiap individu. Pemikiran itu hadir menelorong dua hal, iya atau tidak, negatif atau positif.
Saking condongnya prasangka kepada ketidakbaikan, itulah mengapa Rasulullah Saw memerintahkan untuk menjauhinya. Di dalam prasangka inilah ego kemudian berperan. Apakah ia akan menundukkannya atau malah meneruskannya.
Ego, ialah kunci untuk memahami diri. Tutur Said Nursi. Ia kunci yang memiliki kunci. Kiranya tiap manusia paham dengan hal ini. Kiranya pula ia mampu mengendalikan raja nya raja pada manusia. Ialah Hati.
Ego pada diri manusia terus menggelayuti dalam setiap tindak-tanduknya. Ia akan memilih di antara dua kutub yang berlawanan. Prasangka ikut turut campur menguatkan ke arah keragu-raguan.
Dalam hal ini, ketika seorang individu mempunyai orientasi lurus dalam dakwah. Harusnya ego dan prasangka ke arah yang buruk pada saudara seiman bisa diminimalisir. Terkadang keberpengetahuan kita tidak sebanyak pengetahuan yang ada dalam alam realita sekitar kita. Inilah mengapa firasat itu perlu dihadirkan.
Hati, tegas al-Ghazali, menjadi Raja yang akan mengelola kepribadian insan. Dalam perseturuan dengan saudara seiman dengan beda pendapat tak harus disikapi dengan prasangka buruk dan ego yang menguat untuk menjatuhkan.
Sudah tidak seharusnya, ketika berbeda pendapat lantas ia tak mau turut dalam likuan jalan dakwah. Masih ada ruang-ruang untuk terus berperan meski barangkali berbeda arah haluan dengan tetap satu tujuan. Pun bagi yang kemudian memilih berpisah atau berhenti bukan lantas ia dicaci. Ingat kawan! kita masih bersaudara.
"Hai orang-orang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu... " ; begitu Allah Swt menutup surat ali-Imran. Allah Swt meminta kita untuk bersabar dan menguatkan kesabaran ; semoga kita selalu dikuatkan.
Viki Adi N
Late post
Ditulis pasca pemilihan Ketua KAMMI PD Sleman 2018-2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar