1. Angkatan 66
Ini
terjadi pada Orde lama, ketika negara sudah mulai condong pada salah satu
kekuatan dunia pada waktu itu (Timur dan Barat), meski pada asasinya Indonesia
merupakan non blok. Kecenderungan yang berganti-ganti, ditandai dengan jatuh
bangunnya kabinet parlementer, juga dipengaruhi peristiwa ini. Seperti Muso yang menginginkan beraliansi
dengan Uni Soviet yang kemudian terjadilah peristiwa Madiun 1948 atau lebih
dikenal dengan salah satu pemberontakan PKI. Sedangkan yang condong ke barat
salah satunya Soekirman (kabinet Soekirman) yang menandatangani perjanjian
dengan Amerika. Meski akhirnyapun jatuh karena alasan ini. Namun amerika tidak
bisa lepas begitu saja, karena sempat terjadi PRRI dan Permesta yang jelas ini
didukung oleh Amerika. Selain itu masalah Irian Barat juga masih harus
ditangani (1962). Terjadi pula konfrontasi dengan Malaysia (1964) yang
dinyatakan Presiden Soekarno. Dengan berbagai terjadinya masalah ideologi,
pemberontakan, pertahanan, politik, sehingga ekonomi pun merosot pada masa-masa
ini.
Hingga akhir 40-an hingga tahun
50-an, muncul berbagai ormas mahasiswa diawali dengan berdirinya HMI (5
Februari 1947), PMKI (25 Mei 1947), GMNI (23 Maret 54), CGMI (1956). Meski
orang melihat terjadi kecenderungan ormas tersebut ke partai politik karena
kesamaan ideologinya, seperti HMI ke Masyumi, PMKI dengan Parkindo, GMNI dengan
PNI, CGMI dengan PKI.
Karakteristik gerakan
Gerakan
ini dengan terjadinya berbagai masalah diatas seperti menuntut pembubaran PKI
semakin keras, sementara pemerintah tidak mengambil tindakan, keadaan indonesia
yang juga sudah parah di bidang politik dan ekonomi, harga BBM sangat tinggi. Akhirnya
terbentuklah KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa) dan berbagai kesatuan aksi yang
lain seperti KAPI (Pelajar), KAPPI (Pemuda Pelajar), KABI (Buruh), KASI
(Sarjana), KAWI (wanita), dan KAGI (Guru) yang tergabung dalam Front Pancasila menuntut
Tritura (Tri Tuntutan Rakyat), yaitu Bubarkan PKI beserta ormas-ormasnya, Perombakan
Kabinet Dwikora, dan turunkan harga barang/ sembako.
Mereka
mengatakan gerkan ini bukan hanya untuk mahasiswa namun juga untuk rakyat.
Mahasiswa melakukan mogok kuliah tanggal 11 Januari 196 hingga tuntutan ini
dikabulkan. Mahasiswa tidak hanya demo di pemerintahan saja, namun juga ke
kedutaan asing (Cina, Amerika).
Aksi
mereka murni dan pada pertemuan 18 Januari 1966 KAMI bertemu dengan presiden
Soekarno, mendukung sepenuhnya untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, mengembalikan tiga unsur
kekuatan, dan aksi KAMi bukan untuk
menyerang Soekarno tetapi keadaan politik secara umum. Namun terjadi hal
sebaliknya, pada tanggal 21 Februari 1966 Soekrano mereshuffle kabinet yang
tidak diharapkan, yaitu duduknya orang PKI di kabinet. Tanggal 24 Februari akhirnya
meletus demonstrasi mahasiswa kembali, hingga terjadi insiden dengan
resimen Tjakrawibawa (pasukan pengawal
presiden), seorang mahasiswa Arif Rahman Hakim meninggal. Akhirnya pada tanggal
25 pun KAMI dibubarkan. Namun hal ini tidak mengurangi gerakan mahasiswa untuk melanjutkan Tritura,
yaitu dibentuknya Laskar Arif Rahman Hakim terdiri dari 42 universitas serta
perguruan tinggi dan ini mendapat bantuan dari RPKAD dan Kostrad (Soeharto)
atau selanjutnya lebih dikenal dengan dibentuknya laskar Ampera, sampai bulan maret dengan demonstrasi yang
intensif, laskar Ampera bersama RPKAD (Kemal Idris) mengepung istana, dimana
saat itu akhirnya Soekarno membubarkan PKI dan melimpahkan amanat kekuasaannya
kepada Soeharto melalui Supersemarnya agar Soeharto memberikan solusi
perbaikan.
Angkatan
66 muncul sebagai rujukan yang memperjuangkan idealisme, meski pada masa awal
OrBa mereka sangat saling mendukung.
2.
Angkatan 74
Gerakan
ini muncul identik dengan terjadinya peristiwa Malari (5 Januari 1974) pada
masa Orde baru, sebuah kerusuhan hingga meninggalnya belasan orang, ratusan
luka-luka, hancurnya bangunan, hilangnya barang-barang. Dimana waktu itu
mahasiswa juga sedang aksi menentang modal asing, yang 4 tahun sebelumnya juga
menuntut banyak, seperti ketidakseimbangan pemilu tahun 70-an (banyaknya
golput), tahun71-an parpol “diberantas”, juga dimatikannya pers yang
mengkritisi kebijakan pemerintah. Sampai akhirnya di tahun 74 keluar petisi 24
oktober 73 yang intinya peninjauan kembali strategi pembangungan, meminta agar
rakyat dibebaskan dariketidakpastian hukum, korupsi merajalela, kenaikan harga,
pengangguran. Kemudian 15 januari 74
bersama datangnya PM jepang, mahasiswa melakukan long march.
Peristiwa
malari ini sebenarnya “bukan mahasiswa” nya karena, saat mhasiswa masih aksi
dari UI ke Trisakti, sudah terjadi bakar2an oleh demonstran lain di pasar senen
nya. Hingga terjadi malari itu.
Namun,
mahasiswa dituduh sebagai dalang peristiwa ini, dengan dibredelnya berbagai
majalah mahasiswa, pers yang mengkritisi kebijakan, dan ditangkapnya
orang-orang yang menjadi pimpinan aksi mahasiswa ini.
Dengan
peristiwa itu akhirnya angkatan ini meredup.
3.
Angkatan 78
Pada
tahun ini diberlakukannya penataran P4, Pancasila Asas Tunggal, sudah ada
kebijakan KKN, sehingga mahasiswa pada tahun ini mulai disebut sangat akademis
di kampus.
Namun
bagi mahasiswa yang kritis ini merupakan paksaan, ada kepentingan politik
didalamnya. Aksi pun kembali digelar dengan alasan banyaknya kebijakan yang
mulai mengekang dan kabar akan dipilihnya kembali Soeharto sebagai presiden.
Aksi pun meletus di Bandung (ITS) dengan masa 1000 orang, yang kemudian muncul
di kota-kota lain. Namun angkatan ini pun gagal dan meredup karena memang masih
berskali terbatas.
4.
Angkatan 80 – 90an
Gerakan
setelah 78 sudah mulai dibendung oleh pemerintah, dengan adanya asas tunggal
untuk ormas, kemudian munculnya gerakan NKK/ BKK dan semua ekstra kampus berada
dalam naungan KNPI dibawah Menpora. Kegiatan mahasiswa hanya berputar pada
intelektual kampus saja.
Maka
jarang sekali ditemui bahkan tidak ada aksin pada tahun-tahun ini. Maka
mahasiswa kritis di sini kebanyakan hanya membuat kelompok-kelompok diskusi,
persnya sebagai pencerdasan politik, kemudian aksi yang hanya berwujud dialog,
mimbar dikampus, dan aksi yang sebatas didalam kampus.
Gerakan
mahasiswapun yang dulunya aktif, disisni ulai redup, dimana HMI pecah menjadi
HMI yang murni dan HMI yang berasas Pancasila. Juga gerakan PMII, GMNI, IMM,
dan sebagainya, semua tidak melakukan aksi, hanya sekedar kajian diskusi,
pernyataan sikap, dialog, dan mimbar.
Setelah
mendikbud diganti Fuad, maka kebijakan dirubah dengan boleh kembalinya dewan
mahasiswa meski yang dibolehkan hanya senat dan ukm yang berada langsung dalam
kontrol rektor kampus. Meski banyak yang menganggap ini hanya sebagai politik
untuk memperbaiki hubungan mahasiswa denganorde baru. Namun kesempatan ini
akhirnya mampu dimanfaatkan oleh mahasiswa yang kemudian disebut angkatan 98.
5.
Angkatan 98
Angkatan
98 ini dipelopori oleh KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim indonesia) yang
dideklarasikan setelah selesainya acara Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus
(FSLDK) yang ke sepuluh di Malang. Lalu KAMMI memecah kebuntuan dengan
melakukan aksi dalam bentuk rapat akbar di masjid Al-Azhar Jakarta dengan 10000
massa, baik dari kalangan mahasiswa dan gerakan mahasiswa maupun dari rakyat.
Ini sejarah pertama kalinya dimana dalam situasi mencekam akhirnya ada gerakan
mahasiswa yang mau mempelopri aksi.
KAMMI
bisa mengumpulkan massa dengan banyaknya karena ia memang ditopang oleh aktivis
dakwah kampus yang sudah berkembang selama 20 tahun, sehingga memiliki jaringan
yang banyak, juga dengan aktivisnya yang berada pada pucuk pimpinan senat
mahasiswa, bem, dan ukm-ukm, yang berhasil dimanfaatkan setelah bolehnya
kebijakan ormawa.
KAMMI
mempelopri dengan 6 tuntutan reformasinya yang kemudian ini menjadi bahan
diskusi dan menjadi rujukan gerakan mahasiswa, yang akhirnya dari sisni semua
gerakan mahasiswa baik yang ekstra, maupun intra bergerak bersama-sama untuk menuntut
mundurnya Soeharto dengan KAMMI menggandeng Amin Rais sebagai tokoh suksesi
kepemimpinan.
Hingga
akhirnya aksi adalah hal biasa setiap hari yang terjadi di berbagai kota,
hingga saat puncaknya krisis moneter, dan soeharto akan dicalonkan kembali, maka
aksi besar-besaran selalu terjadi hingga turunlah Soeharto pada 21 mei 98 yang
sebelumnya sudah terjadi kerusuhan oleh berbagai orang yang tidak bertanggung
jawab yang meanfaatkan aksi mahasiswa.
Perjuangan
tidak berhenti sampai disini, namun terus berlanjut hingga suksesi reformasi
pasa masa transisi selesai. Meski pada setiap masa transisi gerakan mahasiswa
ini cenderung pisah. Namun KAMMI pada akhirnya akan menjadi penengah hingga
pada akhirnya gerakan mahasiswa menjadi satu frame kembali.
Hingga
pemilu 2004 yang meruapakan paling demokratis pasca reformasi, dan sampai
sekarang gerakan mahasiswa ini akan terus berlanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar