Sabtu, 25 Juli 2015

Energi Keikhlasan

Assalamualaikum,

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H, kami dari admin meminta maaf atas khilaf yang mungkin ada.
 Lama tidak berjumpa, masih ingat dengan artikel tetesan pembalikkan? dengan membahas tiga energi di dalamnya, yaitu energi keberanian, kesabaran, dan keikhlasan.

Akhirnya pada tulisan ini sampailah pada energi keikhlasan.



Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’am 162)

Kalau sebelumnya kita telah membahas  tentang keberanian dan kesabaran maka kali ini kita akan membahas juru kunci dari semua itu. Juru kunci yang semua amal akan sia-sia jika tanpanya. Juru kunci yang akan menentukan diterimanya amalan-amalan kita. Engkau benar, dialah ikhlas.

Sebuah kata yang sering kali kita ucapkan namun sulit untuk dilaksanakan atau dipraktekkan di lapangan. Sebuah kata yang memang sulit diamalkan karena berbagai kepentingan akan merasuk ke dalam hati manusia. Setan yang akan merusaknya, hawa nafsu yang akan membelokkannya, meski awalnya mungkin hati sudah merasuk dalam wilayah ikhlas. Sehingga Rasulullah pun mewanti-wanti dengan sabdanya bahwa akan ada tiga golongan yang ketika ditanya oleh Alloh sehingga ia dilempar ke neraka hanya karena keikhlasannya. Mulai dari orang yang berperang di jalan Alloh hanya karena ingin dianggap orang yang kuat, pemberani, orang pengajar Al-Quran/ penceramah yang belajar dan mengajarkan ilmu Alloh hanya karena ingin dianggap orang yang alim, sampai orang yang memberi/berinfak karena ingin dikenal dermawan. Semua akan dikembalikan pada niat tujuan awal. Maka mengapa imam Nawawi menempatkan hadis tentang keutamaan niat dalam hadis pertama di hadis Arba’in.

Benarkah kita sudah bisa ikhlas?

Masih ingatkah dengan kisah orang Arab Badui? Ketika ia masuk islam lalu ikut hijrah hingga ia mengikuti perang Khaibar. Menanglah umat islam dengan harta rampasan perang yang dibawanya. Kemudian ghanimah itupun dibagikan. Apa yang kemudian orang Arab Badui ini katakan? Dia mengatakan, “Apa ini?”, Rasul menjawab, “ini jatahmu” (jatah karena ia ikut berperang), Arab Badui berkata, “Aku tidak menginginkan ini, yang aku inginkan karena aku mengikutimu ya Rosul hanyalah agar leherku tertancap dengan panah, lalu aku mati, dan aku masuk surga”. Akhirnya di kesempatan berperang setelah itu dia meninggal seperti yang ia inginkan. Lalu jasadnya dibawa ke Rasulullah kemudian beliau menyolatinya dan berkata, “Ya Alloh ini hamba Mu keluar berhijrah ke jalan Mu dan mati syahid, aku menjadi saksi”

Atau masih ingatkah dengan kisah Salman Al-Farisy yang ingin menikahi akhwat di Madinah? Ia galau karena ia bukanlah penduduk asli Madinah, hingga ia tiba memantapkan hatinya dan menemui saudaranya dari kaum anshor yaitu Abu Darda agar mau melamarkannya. Akhirnya setelah semua siap mereka berangkat dan menemui wali nya, dari balik hijabnya sang akhwat ini berbicara dengan diwakili oleh ibunya yang intinya bahwa sang akhwat menolak lamaran Salman, namun jika yang melamar adalah Abu Darda maka ia akan menerimanya. Apa yang terlintas dipikiran kalian tentang hal ini? Sakitnya itu dimana ketika engkau berada pada pihak Salman? Namun apakah jawaban Salman? Ya, Salman mengiakan dan memberikan semua mahar yang telah ia siapkan untuk saudaranya Abu Darda, bahkan siap menjadi saksinya. Masya Alloh.. sudahkah ikhlas ini menunjam dalam hati kita?

Atau masih ingatkah kisah Ali bin Abi Tholib? Ketika ia pulang menemui istrinya sambil menanyakan, “apakah ada makanan?” Fatimah menjawab, “tidak ada, yang ada hanyalah uang 6 dirham untuk membeli makanan anak kita”, “Baiklah, berikanlah, biar aku yang akan membelikan”, kata Ali. Ali pun pergi membawa uang tadi untuk membeli makanan, namun ditengah jalan ada seorang yang berkata, “berilah aku uang, aku sedang sangat membutuhkannya”, akhirnya Ali memberikan uang 6 dirham tadi dan pulang tidak membawa apa-apa. Fatimah pun bertanya, “mana makanan yang engkau beli?”, Ali menjawab, “semua sudah aku sumbangkan ke orang yang membutuhkan di jalan. Fatimah tersenyum dan bahagia mendengar jawaban Ali. Kemudian Ali pergi lagi untuk berkonsultasi dengan Rosul akan hal ini. Ditengah jalan ada orang yang berkata, “Wahai Ali, belilah ontaku ini 100 dirham, aku sedang membutuhkannya”, Ali berkata, “Aku tidak mempunyai uang”, “Tak Aapa, bawalah ontaku ini dan jual lah, dan serahkan hasilnya kepadaku”, kata orang tadi. Ali pun membawa onta itu ke rumahnya dan di tengah jalan bertemu dengan orang lagi, “wahai Ali, mau dibawa ke mana onta ini?”, “mau aku jual” jawab Ali, orang tadi berkata, “baiklah, aku beli 300 dirham”. Lalu Ali terkejut dan menyimpan 200 dirham tadi dan menyerahkannya ke Fatimah kemudian akan menyerahkan 100 dirham nya lagi ke orang yang memiliki onta, namun Ali pergi dulu menemui Rosul untuk berkonsultasi masalah ini. Namun Rosul telah mengetahui akan hal ini, sehingga belah berkata, “wahai Ali, saya yakin jika engkau menemuiku pasti akan ada urusan yang penting, ketahuilah bahwa orang yang menjualkan onta itu adalah malaikat Jibril dan yang membeli adalah malaikat Mikail”.
Coba perhatikan kisah ini, masihkah istri di Indonesia tersisa seperti sifat Fatimah atau suami sebaik Ali? Perhatikan sisi ikhlas di sini, memberikan apa adanya di jalan Alloh yang ia miliki bukan? Sehingga benar Alloh akan menggantinya dengan yang lebih banyak?

Itulah ikhlas, karena syarat diterimanya amal ada dua, yaitu benar sesuai tuntunan Rasul dan ikhlas, ketika salah satu tidak terpenuhi maka amalnya tidak diterima.

Dari gambaran diatas sudah ketemu makna ikhlas itu? Ya, ikhlas itu adalah segala macam amalan kita, ibadah kita, semua kita niatkan kita tujukan hanya untuk Alloh semata, bukan karena pujian, kedudukan, dan hal-hal duniawi lainnya. Adapun jika tiba-tiba mendapatkan reward hal-hal dunia itu hanya lah efek samping saja, bukan keinginan awalnya.

Karena ikhlas adalah amalan hati, maka berhati-hatilah. Hanyalah engkau dan Alloh yang tahu, kemudian malaikat mencatatanya, setan ingin merusaknya, dan hawa nafsu ingin membelokkannya.
Semoga Alloh memberikan kelapngan bagi kita, sehingga ikhlas akan merasuk dan menghujam tinggi dalam hati kita, Aamiin.

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar