Tersangkut, terpaut, atau bingung?
Oleh Viki Adi N
(Kebijakan Publik Komisariat KAMMI UNY)
Ketika gerakan mahasiswa sedang tumbuh subur kala itu, kala orde baru awal, hingga akhirnya mungkin dianggap "masalah" oleh penguasa, maka tiada lain cara mudah mengembalikan atau paling tidak memandulkannya tanpa harus "membumihanguskan"nya ialah dengan cara halus tapi pasti dengan menggesernya ke arah yang paling dekat dengan status mereka.
Ialah mengembalikan ke habitat mereka, yaitu kelas. Juga kemudian dikeluarkan kebijakan normalisasi kehidupan di kampus (NKk/BKk) yang akhirnya sempat meredupkan organisaai-organisasi mahasiswa. Ditambah pula dengan kebijakan KKN dan sebagainya atau sejenisnya. Ini terjadi waktu dulu, hingga kemandulan ini berjalan cukup lama, maka mahasiswa kritis tidak tinggal diam, meski hanya ada forum diskusi dan belum mampu keluar turun ke jalan (dengan banyaknya kasus penculikan oposisi).
Hingga kemandulan ini pecah saat dideklarasikan Deklarasi Malang 1998. Lalu... bagaimana dengan hari ini? Apakah kita merasa itu masih terjadi ? Bahkan penggiringan ke ranah akademis ini semakin kuat?
Sadarkah kalau memang mahasiswa punya dua sekaligus "penguasa" yaitu pemerintah dan kampus?
Ide untuk mengembalikan mahasiswa ke baraknya, yaitu kelas (saya memang tidak setuju kalau baraknya mahasiswa itu kelas, tapi baraknya mahasiswa ialah perannya, ialah gerakan mahasiswa) dan saya melihat penggiringan yang cukup besar dan kuat terjadi saat mahasiswa angkatan 2014, dimana tuntutan akademisnya semakin besar.
Lalu ditengah kegalauan ini (kalau kita tidak galau, mungkin kita perlu turun lalu makan :v), tentu kembali ke gerakan ini akan mengalami penurunan, baik kaderisasi maupun bergaining positionnya .
Lalu... format seperti apa yang kita butuhkan?
#selamatberaktivitas
#ingatAmanahmu
#jangantinggalkanmereka
#dirgahayuIndonesiaku
#jayakanIndonesia2045
#AyoGabungKAMMI
#Gerakan Intelektual Profetik
Find us 📭
👥Facebook : Komisariat KAMMI UNY
🗣Twitter : @kammiuny
📸Instagram : @kammiuny
📚Website : uny-kammi.blogspot.com
💌Email : kammikomsatuny@gmail.com
Oleh Viki Adi N
(Kebijakan Publik Komisariat KAMMI UNY)
Ketika gerakan mahasiswa sedang tumbuh subur kala itu, kala orde baru awal, hingga akhirnya mungkin dianggap "masalah" oleh penguasa, maka tiada lain cara mudah mengembalikan atau paling tidak memandulkannya tanpa harus "membumihanguskan"nya ialah dengan cara halus tapi pasti dengan menggesernya ke arah yang paling dekat dengan status mereka.
Ialah mengembalikan ke habitat mereka, yaitu kelas. Juga kemudian dikeluarkan kebijakan normalisasi kehidupan di kampus (NKk/BKk) yang akhirnya sempat meredupkan organisaai-organisasi mahasiswa. Ditambah pula dengan kebijakan KKN dan sebagainya atau sejenisnya. Ini terjadi waktu dulu, hingga kemandulan ini berjalan cukup lama, maka mahasiswa kritis tidak tinggal diam, meski hanya ada forum diskusi dan belum mampu keluar turun ke jalan (dengan banyaknya kasus penculikan oposisi).
Hingga kemandulan ini pecah saat dideklarasikan Deklarasi Malang 1998. Lalu... bagaimana dengan hari ini? Apakah kita merasa itu masih terjadi ? Bahkan penggiringan ke ranah akademis ini semakin kuat?
Sadarkah kalau memang mahasiswa punya dua sekaligus "penguasa" yaitu pemerintah dan kampus?
Ide untuk mengembalikan mahasiswa ke baraknya, yaitu kelas (saya memang tidak setuju kalau baraknya mahasiswa itu kelas, tapi baraknya mahasiswa ialah perannya, ialah gerakan mahasiswa) dan saya melihat penggiringan yang cukup besar dan kuat terjadi saat mahasiswa angkatan 2014, dimana tuntutan akademisnya semakin besar.
Lalu ditengah kegalauan ini (kalau kita tidak galau, mungkin kita perlu turun lalu makan :v), tentu kembali ke gerakan ini akan mengalami penurunan, baik kaderisasi maupun bergaining positionnya .
Lalu... format seperti apa yang kita butuhkan?
#selamatberaktivitas
#ingatAmanahmu
#jangantinggalkanmereka
#dirgahayuIndonesiaku
#jayakanIndonesia2045
#AyoGabungKAMMI
#Gerakan Intelektual Profetik
Find us 📭
👥Facebook : Komisariat KAMMI UNY
🗣Twitter : @kammiuny
📸Instagram : @kammiuny
📚Website : uny-kammi.blogspot.com
💌Email : kammikomsatuny@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar