Minggu, 04 Desember 2016

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS MK (MADRASAH KAMMI)

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS MK









VIKI ADI NUGROHO
(Essay PRA DPMK, 24 Januari 2016)

KAMMI KOMISARIAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KAMMI DAERAH SLEMAN



Mari Bicara Membina, Sebuah Proses Tarbiyah Islamiyah
Tarbiyah merupakan cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (berupa kata-kata) maupun secara tidak langsung (berupa keteladanan, sesuai dengan sistem dan perangkatnya yang khas), untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik.1 Secara ringkas tarbiyah islamiyah ialah proses penyiapan manusia yang shalih.
Ketika bicara tarbiyah, maka hal yang paling sering muncul setelah kata itu ialah halaqoh atau membina. Karena memang benar bahwa membina (halaqoh) disini ialah perangkat paling penting. Atau seperti perkataan Dr. Ali Abdul Halim Mahmud dalam bukunya Perangkat-perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin, “Manajemen yang paling penting dalam jamaah adalah manajemen usrah (halaqoh/membina), karena ia merupakan batu bata pertama dalam bangunan. Apabila manajemen usrah baik, maka baik pulalah kondisi jamaah secara keseluruhan, demikian juga sebaliknya”.
Sudah menjadi kewajiban seorang akh (kader dakwah) bahwa sebutan ini akan menjadi kekurangan manakala belum memiliki binaan atau belum membina. Sistem pembinaan ini sangat penting karena hanya sistem inilah yang bisa memantapkan proses penyiapan individu islami dan secara integral. Sebuah sistem dimana islam akan tersampaikan pada jiwa-jiwa manusia dengan kontinue, tidak masuk lalu keluar lagi. Namun, selain sistem ini pun masih ada perangkat lain yang memang melengkapi dan tidak bisa tergantikan. Padahal kita tahu bahwa tarbiyah Rasululloh yang bermula dari halaqah-halaqah kecil itu mampu menciptakan peradaban baru di seantaro jagad raya ini.2 Jadi, marilah mulai dari sini.

Madrasah KAMMI, Sebuah Proses Pembinaan
Begitu pula dengan KAMMI, sebagai sebuah entitas organisasi Islam, tentu seperti kata Fathi Yakan untuk bertahan dan eksis sebagai organisasi dakwah ia harus mampu melakukan proses isti’ab baik internal maupun eksternal. Membina termasuk dalam hal isti’ab internal, sehingga penjagaan komitmen akan benar-benar terkontrol disini.3 Adapun di KAMMI, pembinaan ini bernama Madrasah KAMMI (disini MK1). Sesuai definisinya, MK1 adalah sarana kaderisasi bagi seluruh kader yang telah mengikuti DM1 yang dilakukan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas kader sesuai dengan IJDK KAMMI.4
Bicara Efektifitas
Tarbiyah (halaqoh/liqo/kepemanduan/MK) bukanlah segala-galanya, namun dari situlah akan bermula segala-galanya. Seperti sudah disebutkan tujuan diatas tentang pembinaan ini. Bahkan pembinaan MK ini akan menyentuh semua aspek, tidak hanya sekedar ilmu agama saja, namun dunia dan akhirat.
Berbicara efektifitas, maka kita akan dibawa untuk berbicara mengenai bagaimana dalam jangka waktu tertentu atau dengan tahapan tertentu, MK ini mampu mewujudkan capaian pada IJDK KAMMI.
Untuk mencapai efektifitas ini perlu dilakukan hal berikut, kuncinya ialah Manajemen:

Perlunya Dinamisasi dan Produktivitas
Berdasarkan pengalaman membina di kampus, agar gairah pembinaan meningkat, perlu adanya dinamisasi dan produktivitas pada halaqoh (baca: MK).
Adanya proses dinamisasi ini bertujuan untuk menghindari kejenuhan, paling tidak meminimalisir hal itu, karena pada kader awal/mula, hal ini sangat besar berpotensi terjadi setelah masuk pertengahan waktu. Kejenuhan memang bisa terjadi karena suasana yang monoton, ketiadaan keteladanan, kurangnya upaya untuk memotivasi/mengingatkan, dan konflik yang berkepajangan.5 Sehingga ini akan berdampak pada ketidakhadiran, kedisiplinan peserta MK bahkan sampai keterlambatan pencapaian tujuan, bahkan ketika kejenuhan ini masuk juga pada pemandu, akan lebih berbahaya lagi, yaitu enggan melakukan persiapan, penyampaian kurang berisi (hanya sebatas transfer knowledge namun hilangnya value), sampai disorientasi.
Dari dampak ini, bisa diketahui tentang karakteristik halaqoh (MK) yang dinamis, seperti kehadiran yang rutin, munculnya kata kerinduan, ingin berlama-lama, dan kalau seperti pendapat Satria Hadi Lubis akan ada suasana yang inovatif.6
Untuk mencapai dinamisasi maka perlu banyak manajemen, seperti manajemen variasi perubahan baik menyangkut sistem belajar, metode penyampaian, agenda acara, materi, waktu pertemuan, tempat pertemuan, dan sebagainya. Keteladanan Pemandu dalam hal sekecil apapun juga akan sangat berpengaruh. Selain itu Manajemen waktu yang diinginkan binaan pada masa awal-awal juga perlu diperhatikan, seperti lamanya waktu misalnya.
Sedangkan produktivitas adalah banyaknya tujuan yang tercapai dari indikator yang telah dibuat dalam hal ini ialah IJDK KAMMI (value) dan konwledge dari materi/kurikulum yang ditetapkan. Semakin banyak dan kualitas yang tercapai dari sasaran-sasran dalam IJDK KAMMI ini, maka  semakin produktifnya MK1 itu begitu pula sebaliknya.
Cara untuk mencapai ini yaitu dengan merumuskannya ke dalam tahapan atau target-target kecil yang mengarah dan menghimpun ke arah tujuan-tujuan itu.
Untuk meningkatkan dinamisasi dan produktifitas, maka perlu juga akan manajemen Iqab dan reward. Dalam manajemen iqob dan reward juga harus seimbang, jangan sampai memberi iqob tapi tidak memperhatikan kebaikan selama ini yang ia berikan, tidak pula memperhatikan besar kecilnya kesalahan, tidak tabayun, dsb. Begitu pula reward.
Untuk manajemen Program, maka harus dan lebih baik jika melibatkan seluruh binaan, program yang sesuai kebutuhan dan kekinian, dan kreatif.
Setelah melalui MK1, harapannya ialah tercapai sasaran seperti tercapainya IJDK, tercapainya penjenjangan/sertifikasi, tercapainya pengembangan potensi dan akhirnya terbentuk kader-kader yang siap untuk kembali membina. Adapun sebab-sebab tidak produktifnya MK1 berupa tidak/lupa memahami tujuan awalnya, terlena dengan keasyikan/proses dalam kelompok, dan dalam bukunya, Satria Hadi Lubis menuliskan ada keyakinan “taqdir” yang salah terkait kemajuan atau kualitas seorang manusia (baca: kader/mutarobbi).
Kedua hal ini, dinamis dan produktif haruslah seimbang.

Perlunya Mengetahui Keutamaan Membina bagi Pemandu
Disini Pemandu MK harus mengerti akan keutamaan dari pembinaan. Saya yakin hal ini sudah jelas.
Perlunya Mengetahui Hal-Hal Penyebab, agar Pembinaan/ MK Tidak Ditinggalkan, seperti:
Hidupnya Ruhiyah, Menguatkan tentang penempatan amanah, panggilan yang baik, berlaku lemah lembut, memperhatikan tugas sebagai pemandu, tidak pilih kasih, menunjukkan kasih sayang, tidak memandang binaan lebih rendah, Tidak “Kaburo Maktan”, proses tabayun menjadi hal utama, memahamkan ini adalah bagian dari amal jama’i, memberikan tugas yang akan menunjang amanah dan potensinya, dan menghindari ketergesaan.7
Perlunya mengetahui di balik kepribadian binaan
Dibalik kepribadiannya, pasti ada yang namanya keinginan dan kebutuhan, ini perlu diperhatikan dalam hal keduanya. Seperti keinginan diperhatikan, dipuji, dihargai, didengar, menjadi yang terbaik, selain itu berbagai macam kebutuhan akan cinta, rasa aman, pengetahuan, motivasi, kebebasan, kontrol, dan sebagainya.
Pemandu harus bisa memperhatikan hal-hal sederhana seperti ini. Meski belum bisa maksimal, namun setidaknya hal kecil dan sederhana bisa dilakukan.8
Perlunya mengetahui Fenomena Ketidakhadiran dan Bagaimana Tahap untuk Menyelesaikannya
Pemandu dalam hal ini memang harus mengetahui karakter binaannya, sehingga kesalahpahaman hal-hal teknis bisa diminimalisir, adab izin juga harus dipahamkan. Perlu cara-cara kreatif dalam hal ini, sehingga memang perluya proses dinamisasi seperti yang telah disebutkan diatas.9




Referensi:
1.    Ali Abdul Halim Mahmud, Prangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin. Hlm. 21.
2.    Muhammad Sajirun, Manajemen Halaqah Efektif. Hlm. 9.
3.    Fathi Yakan, Isti’ab. Hlm. 9.
4.    Manhaj Kaderisasi KAMMI 1427.
5.    Satria Hadi Lubis, Menggairahkan Perjalanan Halaqah. Hlm. 44.
6.    Satria Hadi Lubis, Menggairahkan Perjalanan Halaqah. Hlm. 56.
7.    Muhammad Sajirun, Manajemen Halaqah Efektif. 41.
8.    Muhammad Sajirun, Manajemen Halaqah Efektif. Hlm. 77.
9.    Muhammad Sajirun, Manajemen Halaqah Efektif. Hlm. 101.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar