Assalamu'alaikum Wr. Wb.
kembali lagi saya share motivasi dalam edisi Serial Inspirasi, setelah yang lalu berbicara 4 Wilayah dalam koridor manajemen waktu yang harapannya bisa menjadi kebiasaan/habbits, sekarang saya akan membahas salah satu tips dahsyat menuju kesuksesan
Bismillah
Berbicara
kata “semampunya” kita bisa melihat pada Q.S Al-Baqarah ayat 286:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya...
atau bisa juga cek kata “mastato’tum”
di At-Taghabun ayat 16
Pembebanan adalah perkara yang menyulitkan. Karena itu
harus berbanding lurus dengan kemampuan. Imam Qurtuby berkata, “Allah
menggariskan bahwa Dia tidak akan membebani hambanya –sejak ayat ini
diturunkan– dengan amalan-amalan hati atau anggota badan, sesuai dengan
kemampuan orang tersebut. Dengan demikian umat Islam terangkat kesulitannya.
Artinya, Allah tidak membebani apa-apa yang terlintas dalam perasaan dan
tercetus dalam hati.” (dakwatuna)
Banyak orang memahami ayat ini dengan mengatakan,
kemampuan yang dimaksud dalam ayat ini adalah batasan minimal kemampuan seseorang. Oleh karena itu, kemampuan dapat
berubah-ubah tergantung dengan motivasi. Ada orang yang tidak mampu, ada orang
yang mampu. Tentu saja pendapat ini keliru.
Sebab, para sahabat mencontohkan secara nyata kepada kita bahwa mereka
berkomitmen dengan seluruh kapasitas kemampuan mereka.
Sudah jelas bukan? Bahwa makna “semampunya” di sini bukan
batas minimal, namun batas maksimal yang harus dikerahkan untuk melakukannya.
Masih ingat kisah ini? Ada seorang guru yang
mengajarkan tentang makna “mastato’tum/semampunya”
Simak kisah berikut ini:
Adalah Abdullah Al Azzam. seorang
syekh teladan dan panutan. Dihormati lagi disegani, oleh para muridnya.
Pada suatu saat beliau ditanya oleh
muridnya,“Ya syekh, apa yang dimaksud dengan mastatho’tum”?
Sang Syekh-pun membawa muridnya ke sebuah lapangan. Meminta semuanya muridnya berlari sekuat tenaga, mengelilingi lapangan semampu mereka. Titik dan waktu keberangkatan sama, akan tetapi waktu akhir dan jumlah putaran setiap murid akan berbeda. Satu putaran masih belum terasa. Putaran kedua berkurang tenaga. Kini mulai berguguran perlahan di putaran ketiga. Hingga tersisa beberapa saja yang masih berusaha sekuat tenaga. Hingga akhirnya satu persatu merasa lelah, menyerah. Mereka semuapun menepi ke pinggir lapangan, kelelahan.
Sang Syekh-pun membawa muridnya ke sebuah lapangan. Meminta semuanya muridnya berlari sekuat tenaga, mengelilingi lapangan semampu mereka. Titik dan waktu keberangkatan sama, akan tetapi waktu akhir dan jumlah putaran setiap murid akan berbeda. Satu putaran masih belum terasa. Putaran kedua berkurang tenaga. Kini mulai berguguran perlahan di putaran ketiga. Hingga tersisa beberapa saja yang masih berusaha sekuat tenaga. Hingga akhirnya satu persatu merasa lelah, menyerah. Mereka semuapun menepi ke pinggir lapangan, kelelahan.
Mereka sudah berusaha sekuat
tenaga, semampu mereka. Setelah semua muridnya menyerah, Sang Syekh-pun tak mau
kalah. Beliau berlari mengelilingi lapangan hingga membuat semua muridnya
keheranan. Semua murid kaget dan tidak tega melihat gurunya yang sudah tua itu
kepayahan. Satu putaran masih berseri seri. Dua putaran mulai pucat pasi. Tiga
putaran mulai kehilangan kendali. Menuju putaran yang keempat Sang Syekh makin
tampak kelelahan, raut mukanya memerah, keringat bertetesan, nafas
tersengal-sengat tidak beraturan. Tapi dia tetap berusaha. Beliau terus berlari
sekuat tenaga, dari cepat, melambat, melambat lagi, hingga kemudian beliaupun
terhuyung tanpa penyangga. Energinya terkuras habis tak tersisa. Beliau
jatuh pingsan, tak sadarkan diri.
Setelah beliau siuman dan
terbangun, muridnya bertanya, “Syekh, apa yang hendak engkau ajarkan kepada
kami?”
“Muridku, Inilah yang dinamakan
titik mastatho’tum! Titik di mana saat kita berusaha semaksimal tenaga sampai
Allah sendiri yang menghentikan perjuangan kita”. Jawab Sang Syekh dengan
mantap.
Sekarang sudah jelas jawabannya
bukan?
Sekali lagi saya mengingatkan bahwa
ini adalah batas maksimal yang bisa kita lakukan, dan inilah makna kata “semampunya”.
Sehingga dari sini lah awal kesuksesan
dalam hidupmu akan dimulai. mau ujian, mau UTS, mau belajar desain, mau belajar nulis, mau ngapain saja, asal itu berbuat untuk kebaikan dan kesuksesan, lakukan tips ini. Mumpung sejarah belum berakhir.
Terima Kasih, Semoga Bermanfaat.
Wassalamu'alaikum. Wr, Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar