Minggu, 12 April 2015

Makna “Semampunya” (Sesuai Batas Kemampuan)




 Assalamu'alaikum Wr. Wb.

kembali lagi saya share motivasi dalam edisi Serial Inspirasi, setelah yang lalu berbicara 4 Wilayah dalam koridor manajemen waktu yang harapannya bisa menjadi kebiasaan/habbits, sekarang saya akan membahas salah satu tips dahsyat menuju kesuksesan
Bismillah

Berbicara kata “semampunya” kita bisa melihat pada Q.S Al-Baqarah ayat 286:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya...
atau bisa juga cek kata “mastato’tum” di At-Taghabun ayat 16

Pembebanan adalah perkara yang menyulitkan. Karena itu harus berbanding lurus dengan kemampuan. Imam Qurtuby berkata, “Allah menggariskan bahwa Dia tidak akan membebani hambanya –sejak ayat ini diturunkan– dengan amalan-amalan hati atau anggota badan, sesuai dengan kemampuan orang tersebut. Dengan demikian umat Islam terangkat kesulitannya. Artinya, Allah tidak membebani apa-apa yang terlintas dalam perasaan dan tercetus dalam hati.” (dakwatuna)

Banyak orang memahami ayat ini dengan mengatakan, kemampuan yang dimaksud dalam ayat ini adalah batasan minimal kemampuan seseorang. Oleh karena itu, kemampuan dapat berubah-ubah tergantung dengan motivasi. Ada orang yang tidak mampu, ada orang yang mampu. Tentu saja pendapat ini keliru. Sebab, para sahabat mencontohkan secara nyata kepada kita bahwa mereka berkomitmen dengan seluruh kapasitas kemampuan mereka.

Sudah jelas bukan? Bahwa makna “semampunya” di sini bukan batas minimal, namun batas maksimal yang harus dikerahkan untuk melakukannya.
Masih ingat kisah ini? Ada seorang guru yang mengajarkan tentang makna “mastato’tum/semampunya”
Simak kisah berikut ini:

Adalah Abdullah Al Azzam. seorang syekh teladan dan panutan. Dihormati lagi disegani, oleh para muridnya.
Pada suatu saat beliau ditanya oleh muridnya,“Ya syekh, apa yang dimaksud dengan mastatho’tum”?
Sang Syekh-pun membawa muridnya ke sebuah lapangan. Meminta semuanya muridnya berlari sekuat tenaga, mengelilingi lapangan semampu mereka. Titik dan waktu keberangkatan sama, akan tetapi waktu akhir dan jumlah putaran setiap murid akan berbeda. Satu putaran masih belum terasa. Putaran kedua berkurang tenaga. Kini mulai berguguran perlahan di putaran ketiga. Hingga tersisa beberapa saja yang masih berusaha sekuat tenaga. Hingga akhirnya satu persatu merasa lelah, menyerah. Mereka semuapun menepi ke pinggir lapangan, kelelahan.
Mereka sudah berusaha sekuat tenaga, semampu mereka. Setelah semua muridnya menyerah, Sang Syekh-pun tak mau kalah. Beliau berlari mengelilingi lapangan hingga membuat semua muridnya keheranan. Semua murid kaget dan tidak tega melihat gurunya yang sudah tua itu kepayahan. Satu putaran masih berseri seri. Dua putaran mulai pucat pasi. Tiga putaran mulai kehilangan kendali. Menuju putaran yang keempat Sang Syekh makin tampak kelelahan, raut mukanya memerah, keringat bertetesan, nafas tersengal-sengat tidak beraturan. Tapi dia tetap berusaha. Beliau terus berlari sekuat tenaga, dari cepat, melambat, melambat lagi, hingga kemudian beliaupun terhuyung tanpa  penyangga. Energinya terkuras habis tak tersisa. Beliau jatuh pingsan, tak sadarkan diri.
Setelah beliau siuman dan terbangun, muridnya bertanya, “Syekh, apa yang hendak engkau ajarkan kepada kami?”
“Muridku, Inilah yang dinamakan titik mastatho’tum! Titik di mana saat kita berusaha semaksimal tenaga sampai Allah sendiri yang menghentikan perjuangan kita”. Jawab Sang Syekh dengan mantap.
Sekarang sudah jelas jawabannya bukan?
Sekali lagi saya mengingatkan bahwa ini adalah batas maksimal yang bisa kita lakukan, dan inilah makna kata “semampunya”.

Sehingga dari sini lah awal kesuksesan dalam hidupmu akan dimulai. mau ujian, mau UTS, mau belajar desain, mau belajar nulis, mau ngapain saja, asal itu berbuat untuk kebaikan dan kesuksesan, lakukan tips ini. Mumpung sejarah belum berakhir.

Terima Kasih, Semoga Bermanfaat.
Wassalamu'alaikum. Wr, Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar