Kamis, 05 Oktober 2017

Meminang Pahit, Mekar Kuncupnya*

Meminang Pahit, Mekar Kuncupnya*


Kecewa bukanlah pilihan seorang petarung & prajurit sejati, saudaramu menunggu penuh kelindan di tapal batas pengharapan

DIBALIK SOHORNYA nama Yusuf bin Najmuddin Al-Ayyubi, yang kita kenal sebagai Salahuddin Al-Ayyubi, ada tokoh besar yang mungkin luput dari pandangan kita. Entah karena memang tidak tahu, atau memang tidak mau mencari tahu. Dibalik semua itu, juga ada intrik yang menarik. Menjadi sebuah barang langka, sebuah fragmen apik bertabur hikmah.

Zengi, atau kita lebih mengenalnya dengan Zanki. Dua Zanki yang menyejarah hadir dalam sebuah kelesuan zaman. Hadir dalam sebuah arena yang sulit untuk bangkit, namun penuh optimisme menatap akan kemenangan. Karena ia yakin akan keagungan ajaran Islam. Pendudukan Jerusalem, pasca penaklukan lalu oleh umat islam, untuk kali pertamanya terjadi. Kota Suci yang memang disucikan oleh Islam, Yahudi dan Nasrani ini memang menjadi primadona tersendiri dengan berbagai alasan dibaliknya. Pendudukan ini lebih kita kenal sebagai Perang Salib. Pasca 1099 Masehi, tak banyak yang bisa dilakukan oleh umat Islam. Perpecahan internal dalam tubuh umat Islam terus saja hadir di tengah gempuran Pasukan Salib.

Imaddudin Zanki, seorang penguasa kota Mosul, Irak, memulai perlawanan dengan menghimpun kekuatan Mosul dan Aleppo. Edessa menjadi target pertama, meski secara politik tidak berpengaruh besar, karena Edessa merupakan kota terlemah yang dikuasi oleh Tentara Salib. Namun dibalik inilah, kekuatan islam pertama kalinya akan berhimpun kembali ke depannya untuk melakukan perlawanan terhadap Tentara Salib.

Penghimpunan kekuatan dilakukan oleh Zanki, dimulailah dari persatuan Suriah. Namun sayang, usahanya masih kandas, karena perang emir-emir kecil di sekitar daerah tersebut masih saja terus bergemuruh meski musuh dari luar ada di depan mata. Adapun Damaskus, tidak mau menyerahkan kekuasaannya, ia lebih memilih dirinya sendiri dibanding harus berjuang bersama. Hingga wafatlah Imaduddin Zanki.

PERJUANGAN TAK PERNAH BERHENTI, di tengah perpecahan yang semakin menjadi, muncullah sosok Zanki muda, yaitu anak dari Imaddudin Zanki, ia bernama Nuruddin Zanki. Zanki muda mengambil alih kepemimpinan ayahnya dan melanjutkan perjuangan untuk menyatukan Timur Tengah. Ia berhasil melakukan penaklukan di sekitar Antioch serta mampu menggulingkan emir Damaskus dengan bantuan rakyat yang memang sudah jengah terhadap perpecahan sementara musuh diluar sudah siap menerkam.

Bersatunya Suriah dan sekitarnya membuka harapan baru dan optimisme umat Islam, bahkan sinarnya merekah terlihat kian nampak. Tahu bahwa Suriah dan sekitarnya semakin kuat. Tetara Salib memutar otaknya, hingga akhirnya ia mengalihkan perhatian ke sebuah kota kuno, kota Fir’aun yaitu Mesir. Terjadilah peristiwa invasi itu sekitar 1163, diseranglah Kerajaan Fatimiyyah yang waktu itu masih menguasai Mesir.

Yakin tak dapat mengalahkan Pasukan Salib, wazir dari Kerajaan Fatimiyyah bernana Shawar, yang sebelum invasi telah digulingkan, meminta bantuan Nuruddin Zanki. Zanki muda merasa was-was, ada prasangka bercampur emosi. Akhirnya ia memutuskan untuk membantu demi persatuan Islam. Akhirnya digempurlah Tentara Salib, bahkan Shawar mampu menjadi wazir agung kembali.

Umat Islam melihat ini bisa menjadi sebuah “koalisi”, antara Suni Suriah dan Syiah Mesir. Namun jalan berkata lain, tak disangka, was-was Zanki menemukan suaranya. Shawar berbalik, ia mengadakan perjanjian dengan aliansi Pasukan Salib yang baru saja diperangi. Akhirnya Zanki terpaksa mundur ke Suriah.

Beberapa tahun kemudian Tentara Salib kembali menginvasi kota kuno ini untuk dijadikan sebagai wilayahnya. Shawar meminta Zanki untuk menolongnya, demi persatuan Islam. Zanki pun menerima tawaran tersebut. Ia bersama pasukannya kembali ke Mesir dan memukul Pasukan Salib dan merebut Mesir. Pasca kemenangan ini, Shawar di eksekusi karena telah berkhianat pada perjanjian sebelumnya. Lalu Mesir menjadi kekuasaannya, dengan menempatkan wazir baru yaitu Shirkuh. Pasca wafatnya Sirkuh inilah, yang nanti akan muncul sosok pelanjut Zanki untuk melawan Kesombongan Tentara Salib, Salahuddin Al-Ayyubi.

KITA TAK PERNAH BERPIKIR, bahkan menurunkan ego. Rasa kecewa Zanki muda atas pengkhianatan seharusnya sudah cukup untuk dijadikan alasan untuk ia tidak membantu Fatimiyyah di Mesir. Namun ia lebih memilih Persatuan Islam, ia lebih memilih persatuan. Ia lebih memilih menurunkan ego, menurunkan emosinya, demi sebuah persatuan. Orang secara umum juga pasti akan berpikir sebaliknya. Namun tidak bagi Zanki. Ia tau peluang ke depan, ia tahu kesempatan besar. Selain menurunkan ego pribadi, ia benar-benar mengetahui bahwa umat sedang membutuhkan kekuatan baru untuk mengalahkan musuh diluar dibawah persatuan Islam.

Ini perlu menjadi perhatian kita bersama. Kecewa yang terjadi pada diri seorang, pada kelompok, pada organisasi, pada jamaah, bisa jadi karena sandaran kita bukanlah yang Maha Kekal, bukanlah Sang Pencipta. Kalaulah Zanki mendidik umat dengan persatuan Islam, apa yang sedang kita lakukan hari ini? Sedikit saja, tak perlu jauh-jauh bicara persatuan Islam. Bicara kelompok sendiri saja, masih saling hujat, masih saling menjatuhkan. Seolah kecewa pada pribadi menjadi masalah besar yang dampaknya dibawa pada kelompok.

Mereka tak berpikir bahwa diluar sana, umat sedang membutuhkan. Mereka tidak berpikir kalaulah serangan dari luar mengancam. Mereka tidak berpikir kalaulah momentum-momentum ke depan semakin terlupakan karen aintrik di rumah sendiri. maka Zanki muncul untuk menumbuhkan gairah baru, keluar dari kepenatannya, keluar dari ego nya, kelaur dari perasannya menuju logika dan jernihnya iman akan pengharapan Alloh dan persatuan umat. Ia memperbaiki dari yang kecil, menyatukan beberapa kota, bahkan hingga mampu menelurkan Sang Pejuang Al-Ayyubi. Zanki melihatkan kepada kita, meminang sebuah kepahitan, namun ia yakin kuncupnya akan bermekaran.

Hari ini, engkaulah Zanki itu? []

*Viki Adi Nugroho
(Seorang anggota KAMMI)

Tulisan ini dikutip dari draft naskah untukmu muslim negarawan (tunggu  untuk segera terbit)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar